Mengapa Penulis Perlu Beralih ke Ranah Digital? Ini Kata Pakar

Arintha Widya - Minggu, 1 Agustus 2021
Ilustrasi buku
Ilustrasi buku Freepik

Parapuan.co - Pandemi Covid-19 selama dua tahun terakhir telah mengubah banyak hal, termasuk dunia penerbitan dan karier penulis buku.

Penerbitan buku cetak, terlebih yang minor, sulit untuk bertahan dan banyak yang gulung tikar.

Hal tersebut senada dengan yang disampaikan seorang penulis buku berpengalaman, Riawani Elyta.

Penulis buku Love Catcher (2017) terbitan Gagas Media itu paham bahwa ada perubahan besar di dunia penerbitan.

Saat diwawancara PARAPUAN baru-baru ini, Riawani Elyta mengakui, salah satu dampak pandemi di dunia kepenulisan adalah banyaknya penerbit bangkrut dan toko buku yang tutup.

Oleh sebab itu, ia menilai penulis mesti lebih kreatif lagi mencari peluang, misalnya dengan beralih ke ranah digital.

Baca Juga: Hari Buku Nasional, Ini Tips Menyelesaikan Tulisan Bagi Para Penulis yang Stagnan

"Menurut saya, perlu bagi penulis buku untuk beralih ke ranah digital ataupun menjadikannya sebagai alternatif," kata penulis Persona Non Grata (2011) itu.

"Artinya kalau memang dia masih ingin menulis buku dalam versi cetak, seyogyanya juga bisa menjadikan buku digital sebagai alternatif."

Riawani Elyta juga menjelaskan dua alasan utama yang menjadi alasan pentingnya para penulis buku beralih ke ranah digital, yaitu:

1. Perubahan perilaku pembaca dan penerbit

Riawani Elyta menuturkan bahwa banyak penerbit bangkrut dan toko buku tutup lantaran pandemi memaksa pembaca berada di rumah saja.

Pembaca mulai jarang pergi ke toko buku, sehingga produksi buku cetak pun menurun dibandingkan era sebelum pandemi.

"Kita enggak bisa memungkiri bahwa saat ini produksi buku yang dicetak itu menurun ketimbang era sebelumnya," ujar Riawani.

"Banyak penerbit bangkrut, toko buku tutup, apa lagi sejak pandemi. Sehingga untuk masa ini penerbit pasti akan selektif untuk menerbitkan buku untuk dicetak," tambahnya.

Oleh karenanya, peluang penulis menerbitkan bukunya di penerbitan pun akan lebih kecil.

Kecuali, penulis buku menerbitkan bukunya sendiri atau melakukan self publishing yang tentu akan menelan banyak biaya.

Baca Juga: Feminis dan Penulis Asal Mesir, Nawal El Sadawi, Meninggal Dunia

2. Perkembangan teknologi

Alasan kedua ialah perkembangan teknologi yang semakin pesat di masa pandemi.

Sama seperti dunia bisnis pada umumnya yang beralih ke dunia digital, penulis buku rasanya perlu mempublikasikan karyanya di platform digital.

Seperti yang dikatakan Riawani Elyta, pengguna dan pembaca media digital terus meningkat di masa seperti sekarang.

"Seiring dengan perkembangan teknologi, kita dapat melihat bahwa platform-platform buku digital itu saat ini tumbuh dengan pesat," terang Riawani.

"Baik itu platform dalam maupun luar negeri mengalami pertumbuhan yang pesat, sehingga jumlah pembacanya terus meningkat," ungkapnya lagi.

Ia juga berkata, "Sebenarnya ini peluang untuk para penulis, karena media sudah tersedia."

Riawani menambahkan pula, bahwa menulis buku digital lebih mudah karena tulisan lebih cepat terpublikasi dan sampai ke pembaca.

Jadi jika Kawan Puan seorang penulis, tidak ada salahnya mulai menerbitkan karyamu di ranah digital, ya! (*)

Sumber: Wawancara
Penulis:
Editor: Tentry Yudvi Dian Utami


REKOMENDASI HARI INI

5 Bahan Makanan yang Baik untuk Menjaga Kesehatan Kulit Perempuan