Sarah Gilbert Menolak Hak Paten Vaksin
Sebelumnya, Sarah Gilbert sempat menjadi pembicaraan ramai setelah ia menolak hak paten atas vaksin AstraZeneca. Tak cuma cerdas, dia juga punya rasa kemanusiaan tinggi.
"Saya ingin buang jauh-jauh gagasan itu (mengambil hak paten penuh), agar kita bisa berbagi kekayaan intelektual dan siapa pun bisa membuat vaksin mereka sendiri," ujar perempuan berusia 59 tahun itu kepada parlemen Inggris, berdasarkan pemberitaan Reuters, Maret lalu.
Sesuai dengan permintaannya, AstraZeneca pun membuat perjanjian dengan oxford untuk tidak mengambil profit dari vaksin corona.
Tentu saja, keputusan Sarah ini berdampak besar terhadap harga penjualan vaksin Astrazeneca.
Bisa dikatakan kalau harganya vaksin tersebut jadi lebih murah, lho.
Melansir BBC, satu dosis vaksin AstraZeneca dihargai hanya 4 dollar Amerika Serikat atau Rp 58.333.
Baca Juga: Terbaru! Sertifikat Vaksin Covid-19 Jadi Syarat Lakukan Aktivitas Publik
Harga ini paling murah dibandingkan Moderna atau Pzifer yang mencapai puluhan dollar AS.
Sudah murah, Sarah juga berhasil membuat vaksin yang memiliki efektivitas tinggi yakni 92 persen. Ini juga bisa mencegah varian virus corona Delta.
Banyak orang mengatakan kalau Sarah Gilbert begitu mendedikasikan dirinya terhadap ilmu pengetahuan.
Ini dibuktikan dengan fokusnya mengembangkan vaksin untuk influenza dan virus patogen.
Perempuan lulusan studi doktoral di Universitas Hull dengan penelitian genetika dan biokimia dari Rhodosporidium toruloides ini juga berpatisipasi untuk membuat vaksin seperti malaria dan MERS.
Dia juga mendirikan Vaccitech, perusahaan bioteknologi yang mengembangkan vaksin dan imunoterapi untuk berbagai penyakit berbahaya termasuk kanker, hepatitis B, HPV, dan kanker prostat.
(*)
Baca Juga: Kapan Seharusnya Ibu Hamil Mendapatkan Vaksin Covid-19?