Parapuan.co - Perusahaan yang memproduksi boneka Barbie, Mattel, menjadikan ilmuwan di balik vaksin Covid-19 AstraZeneca, Prof Dame Sarah Gilbert, sebagai model untuk boneka Barbie.
Prof Sarah Gilbert menjadi salah satu ilmuwan yang dianggap menginspirasi generasi mendatang. Vaksin temuannya hingga kini sudah dikirim ke lebih dari 170 negara.
Dilansir dari BBC, Prof Sarah Gilbert pada mulanya mengakui merasa sangat 'aneh' dengan boneka Barbie yang terinspirasi dari dirinya itu. Namun ia berharap, bonekanya bisa menginspirasi anak-anak secara luas.
"Keinginan saya adalah boneka saya akan menunjukkan kepada anak-anak, tentang karier yang mungkin tidak mereka sadari. Seperti ahli vaksin," ujarnya, dikutip dari BBC.
Ia juga berharap boneka Barbie tersebut dapat menginspirasi generasi perempuan untuk berkarier dalam bidang Sains, Teknologi, Teknik dan Matematika (STEM).
Baca Juga: Mengenal Sarah Gilbert, Penemu Vaksin AstraZeneca yang Enggan Ambil Hak Paten
"Saya berharap anak-anak yang melihat Barbie saya akan menyadari betapa pentingnya karir dalam sains, untuk membantu dunia di sekitar kita," ungkap Prof Sarah Gilbert.
Selain Prof Sarah Gilbert, Mattel juga membuat 5 Barbie lainnya, untuk menghormati perempuan yang bekerja di bidang STEM.
Salah satunya adalah seorang petugas medis asal Australia bernama Dr Kirby White, yang membantu membuat Alat Pelindung Diri (APD) yang dapat digunakan kembali untuk petugas kesehatan.
Boneka Barbie juga dibuat untuk menghormati seorang tenaga kesehatan Amerika Serikat Amy O'Sullivan dan Dr Audrey Cruz, dokter asal Kanada dan juru kampanye Dr Chika Stacy Oriuwa, serta peneliti biomedis Brasil Dr Jaqueline Goes de Jesus.
Baca Juga: Ini Dia Perbedaan Vaksin Sinovac, AstraZeneca, dan Sinopharm
Sarah Gilbert Menolak Hak Paten Vaksin
Sebelumnya, Sarah Gilbert sempat menjadi pembicaraan ramai setelah ia menolak hak paten atas vaksin AstraZeneca. Tak cuma cerdas, dia juga punya rasa kemanusiaan tinggi.
"Saya ingin buang jauh-jauh gagasan itu (mengambil hak paten penuh), agar kita bisa berbagi kekayaan intelektual dan siapa pun bisa membuat vaksin mereka sendiri," ujar perempuan berusia 59 tahun itu kepada parlemen Inggris, berdasarkan pemberitaan Reuters, Maret lalu.
Sesuai dengan permintaannya, AstraZeneca pun membuat perjanjian dengan oxford untuk tidak mengambil profit dari vaksin corona.
Tentu saja, keputusan Sarah ini berdampak besar terhadap harga penjualan vaksin Astrazeneca.
Bisa dikatakan kalau harganya vaksin tersebut jadi lebih murah, lho.
Melansir BBC, satu dosis vaksin AstraZeneca dihargai hanya 4 dollar Amerika Serikat atau Rp 58.333.
Baca Juga: Terbaru! Sertifikat Vaksin Covid-19 Jadi Syarat Lakukan Aktivitas Publik
Harga ini paling murah dibandingkan Moderna atau Pzifer yang mencapai puluhan dollar AS.
Sudah murah, Sarah juga berhasil membuat vaksin yang memiliki efektivitas tinggi yakni 92 persen. Ini juga bisa mencegah varian virus corona Delta.
Banyak orang mengatakan kalau Sarah Gilbert begitu mendedikasikan dirinya terhadap ilmu pengetahuan.
Ini dibuktikan dengan fokusnya mengembangkan vaksin untuk influenza dan virus patogen.
Perempuan lulusan studi doktoral di Universitas Hull dengan penelitian genetika dan biokimia dari Rhodosporidium toruloides ini juga berpatisipasi untuk membuat vaksin seperti malaria dan MERS.
Dia juga mendirikan Vaccitech, perusahaan bioteknologi yang mengembangkan vaksin dan imunoterapi untuk berbagai penyakit berbahaya termasuk kanker, hepatitis B, HPV, dan kanker prostat.
(*)
Baca Juga: Kapan Seharusnya Ibu Hamil Mendapatkan Vaksin Covid-19?