Parapuan.co - Kawan Puan, berdasarkan pada sensus penduduk Indonesia pada tahun 2020, 49,4% penduduk adalah perempuan.
Melihat data tersebut, jumlah antara penduduk laki-laki dan perempuan tidak jauh berbeda.
Namun sayangnya, kesempatan antara perempuan dan laki-laki masih belum imbang satu sama lain.
Padahal dari jumlah perempuan di Indonesia, 53,6 pesen di antaranya adalah perempuan yang berada di usia produktif.
Untuk mengatasi masalah ketimpangan gender ini, Pemerintah Indonesia berupaya memajukan sumber daya manusia perempuan agar memiliki daya saing.
Baca Juga: Gagal di Olimpiade London 2012, Ini Perjuangan Greysia Polii Bangkit Raih Emas
"Indonesia sendiri memiliki potensi sumber daya manusia yang sangat besar, di mana pada tahun 2020 jumlah penduduk Indonesia 270,3 juta jiwa dengan penduduk perempuan 49 persen.
"Oleh karenanya, dalam rangka mencapai sumber daya manusia yang berkualitas dan berdaya saing, kita perlu memberi perhatian khusus pada sumber daya perempuan," kata Bintang Puspayoga, Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Indonesia (PPPA).
Nah, demi mencapai sumber daya perempuan yang berkualitas, Pemerintah melalui Kementerian PPPA melakukan pemberdayaan perempuan dalam kewirausahaan yang berperspektif gender perempuan.
"Kewirausahaan berperspektif gender kalau dilihat dari materinya, itu adalah menggabungkan tidak hanya materi ekonomi tetapi ada juga materi yang berperspektif gender di sini.
"Artinya, kita juga ingin membangun motivasi di dalam kewirausahaan ini, membangun motivasi melihat peluang usaha dan semua yang terkait kewirausahaan. Ada juga materi literasi dan inklusi keuangan, materi literasi digital.
"Kalau nanti perempuan itu ikut dalam pelatihan ini, tidak hanya dia paham dalam ekonomi tetapi juga diharapkan paham bagaiman menerapkan perspektif gender dalam kehidupan sehari-hari," jelas Lenny N. Rosalin, Deputi Bidang Tumbuh Kembang Anak KEMENPPPA.
Kawan Puan, target dari program kewirausahaan berperspektif gender bagi perempuan ini adalah perempuan yang dianggap rentan, yakni perempuan penyintas kekerasan, perempuan penyintas bencana dan perempuan kepala keluarga.
Selain itu, dengan adanya lokasi wisata super perioritas (Danau Toba, Borobudur, Mandalika, Labuan Bajo dan Likupang), Pemerintah juga ingin memberdayakan perempuan pelaku usaha mikro dan ultamikro.
Baca Juga: Catat! Platform Ini Berikan Bantuan untuk UMKM yang Terdampak Pandemi
Dengan Program Pelatihan Kewirausahaan Berperspektif Gender bagi Perempuan ini, perempuan Indonesia diharapkan menjadi perempuan yang mandiri secara ekonomi.
Dengan demikian, masalah-masalah lain yang mengintai perempuan dan anak, seperti mengurangi angka pekerja anak, pernikahan anak, kekerasan terhadap perempuan dan rendahnya pendidikan anak dapat diatasi.
"Dengan harapan apabila dia mandiri secara ekonomi, maka bisa mendukung apa yang diharapkan.
"Kualitas pengasuhan anak dan pendidikan diharapkan bisa meningkat karena dia secara ekonomi memiliki pendapatan lebih yang bisa dimanfaatkan untuk pendidikan anak lebih tinggi.
"Diharapkan juga tidak terjadi kekerasan terhadap perempuan dan anak, tidak ada pekerja anak lagi dan perkawinan anak yang menurun," tambah Lenny.
Kawan Puan, program pelatihan akan diadakan dari Agustus 2021 sampai Desember 2021, di 15 provinsi, yakni Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Jambi, Riau, Kepulauan Riau, Jawa Barat, Jawa Timur, Banten, Bali, NTT, NTB, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur dan Sulawesi Selatan.
Dalam pelatihan ini, KEMENPPPA bekerja sama dengan lima lembaga masyarakat untuk perekrutan perempuan rentan sebagai perserta pelatihannya, yakni Asosiasi Pendamping Perempuan Usaha Kecil (ASPPUK), Institut Kapal Perempuan, Asosiasi PPSW, PEKKA dan Forum Pengada Layanan.
Selamat mengikuti ya, Kawan Puan!(*)