Parapuan.co - Sering kali perempuan berusaha memenuhi standar kecantikan yang ada di masyarakat.
Sayangnya, standar kecantikan yang ada di masyarakat membuat banyak orang insecure karena berusaha untuk mengikuti standar kecantikan tersebut.
Bahkan untuk memenuhi standar kecantikan di masyarakat, banyak perempuan yang berusaha mengubah warna kulit hingga jenis rambut agar disukai oleh banyak orang.
Padahal untuk telihat cantik, seorang perempuan tidak perlu merubah dirinya. Sebab, semua perempuan pada dasarnya cantik.
Dan juga, standar kecantikan di masyarakat akan terus berubah sehingga tidak ada gunanya mengikuti standar kecantikan.
Hal ini juga disampikan oleh Ajeng Patria Meilisa, M.Si, seorang Akademisi Ilmu Komunikasi dan mantan finalis Puteri Indonesia tahun 2008.
Menurut perempuan yang akrab disapa Ajeng ini, standar kecantikan akan terus berubah karena pengaruh tertentu.
Ajeng juga mengatakan bahwa standar kecantikan perempuan akan terus berubah seiring berjalannya waktu.
Bahkan setiap wilayah dan negara memiliki standar kecantikan yang berbeda.
“Jika dilihat dari history, standar kecantikan selalu berubah dari masa ke masa. Jaman dulu kecantikan seperti istri Rama (cerita kuno Rama dan Sinta) kemudian masyarakat mulai berkiblat ke westernize sehingga cantik itu seperti boneka barbie, tinggi, mata berwarna, rambut blonde,” jelas Ajeng.
Baca Juga: Menurut Pria, Ini 5 Tipe Perempuan yang Tidak Patut Diperjuangkan
Ajeng juga mengatakan bahwa standar kecantikan seorang perempuan dapat dipengaruhi oleh produk kosmetik.
Dirinya kemudian memberi contoh jika beberapa produk lipstick saat ini menunjukan standar kecantikan seorang perempuan dengan bibir tebal.
Hal ini dapat mempengaruhi seseorang untuk mendapatkan model bibir yang tebal dan tak jarang mereka berusaha mengubah bentuk bibir yang sudah dimiliki.
Perbedaan standar kecantikan di setiap negara ternyata juga sangat berpengaruh lho, Kawan Puan.
Setiap negara menunjukan standar kecantikan perempuan yang bisa jadi bertentangan dengan negara lainnya.
Di wilayah tertentu seseorang yang bertubuh plus size dianggap sudah memenuhi standar kecantikan mereka, sedangkan hal ini bertentangan dengan standar kecantikan perempuan Asia.
Tak hanya itu, Ajeng juga menjelaskan bahwa warna kulit juga mempengaruhi standar kecantikan seorang perempuan.
“Demikian juga dengan warna kulit. Ada yang mengganggap hitam legam sebagai eksotik. Sedangkan lainnya, memuja warna kulit putih,” tambahnya.
Pada akhirnya standar kecantikan hanyalah mitos yang beredar di masyarakat.
Melihat dari kondisi semacam ini, Ajeng berpendapat bahwa standar kecantikan seorang perempuan tergantung pada masing-masing individu.
Baca Juga: Cara Saling Dukung Greysia Polii dan Sapsiree Taerattanachai yang Bersahabat di Luar Lapangan
Sebab, kecantikan seorang perempuan tidak memiliki tolak ukur dan standar tertentu karena tidak ternilai harganya.
“Sebenarnya standar kecantikan itu merupakan kenyamanan pada masing masing pemiliknya,” kata Ajeng.
Selama perempuan merasa nyaman dengan apa yang dimiliki oleh tubuh mereka, maka mereka sudah memiliki kecantikan dalam diri dan tidak perlu berusaha untuk memenuhi standar kecantikan di masyarakat.
Bahkan, Ajeng juga menjelaskan jika standar kecantikan seorang perempuan hanya sebuah mitos oleh pihak yang ingin mendapatkan keuntungan.
“Kalau ada yg memformulasi kecantikan dengan standar tertentu itu adalah mitos yang diciptakan oleh pihak-pihak yang hendak memperoleh keuntungan secara ekonomi atau politis,” tutupnya.
Untuk terlihat cantik seperti menurut masyarakat, kamu tidak perlu memenuhi standar kecantikan. Sebab, semua perempuan cantik tanpa validasi dari orang lain.
(*)
Baca Juga: Kembali Mengenal Body Positivity dan Pentingnya Perempuan Memilikinya