Parapuan.co - Kawan Puan pernah belanja karena dorongan emosional dan mencari kepuasan semata?
Biasanya hal tersebut terjadi ketika kamu belanja barang atau hal-hal yang sebenarnya tidak kamu butuhkan.
Membeli barang karena dorongan emosional dan mencari kepuasan instan, hingga berakhir belanja barang yang tidak dibutuhkan adalah contoh pembelian impulsif.
Pembelian impulsif adalah belanja yang dilakukan atas dalih merayakan promosi, menghargai diri sendiri, menghilangkan stres, atau menghabiskan uang untuk menebus sesuatu yang hilang dalam hidup kita.
Baca Juga: 3 Tipe Orang Kecanduan Belanja Online, Salah Satunya Sulit Mengontrol Diri
Dengan kata lain, pembeli impulsif lebih sering membeli barang karena dorongan emosional.
Tidak salah sih, tapi jika tidak dikendalikan, pembelian impulsif semacam ini dapat menyebabkan hutang dan merusak kesehatan keuangan kamu loh.
Nah, apa saja sih tanda-tanda dari pembelian impulsif ini? Melansir dari situs Gingras, berikut tanda-tanda pembeli impulsif.
1. Suka menyaingi orang lain
Ciri pembeli impulsif yang paling utama adalah suka menyaingi orang lain. Maksudnya adalah suka berkompetisi dengan harta benda yang dimiliki oleh orang lain.
Membeli karena ingin menyaingi orang lain hanya akan menciptakan persaingan tidak sehat.
Sebab hal tersebut bisa menciptakan perasaan rendah diri pada beberapa orang.
Alhasil perasaan itu mendorong mereka untuk membeli lebih banyak atau membelanjakan jumlah yang lebih besar demi memiliki barang-barang yang lebih mewah daripada orang lain.
Jika kamu terjebak dalam logika perbandingan semacam ini, ingatlah bahwa pengeluaran emosional mungkin akan membahayakan kesehatan finansialmu.
Cobalah untuk memahami dari mana perasaan persaingan ini berasal dan apa yang mendorong kamu membandingkan diri dengan orang lain.
Baca Juga: Platform Online Membantu Dua Pengusaha Ini Tetap Eksis Berjualan
2. Sering berkata pada diri sendiri "kamu pantas kok"
Tanda yang selanjutnya adalah sering memanjakan diri sendiri dengan berkata, 'kamu pantas kok beli ini untuk diri sendiri,'.
Nah, hal ini sebenarnya bukan masalah besar, asalkan kamu dapat mengontrolnya atau tidak sering-sering memanjakan diri.
Bekerja keras untuk mencapai tujuan pribadi atau profesional dapat menciptakan keinginan untuk mendapatkan hadiah sebagai sebuah perayaan.
Tapi jika tidak dikontrol dengan baik, perilaku semacam ini dapat menyebabkan dampak buruk pada keuangan pribadi.
3. Mencari kepuasan instan
Berikutnya tanda pembeli impulsif adalah sering menghabiskan uang untuk kepuasan sesaat.
Nasib buruk, stres menumpuk, cemas, gelisah dan mudah tersinggung adalah pemicu pembelian impulsif.
Untuk melawan perasaan negatif yang disebutkan di atas, beberapa orang akan mencari kepuasan instan dengan berbelanja.
Sayangnya, kelegaan yang didapat dengan berbelanja alat elektronik atau pakaian baru hanya bersifat sementara.
Baca Juga: Hati-Hati! Ini Ciri Pinjaman Online Tidak Aman yang Perlu Kamu Ketahui
Untuk menghindari pembelian impulsif ini mundurlah selangkah sebelum pergi ke toko atau menekan tombol check out di aplikasi e-commerce.
Alih-alih membeli barang ini dan itu, cobalah mencari aktivitas lain, seperti berbicara dengan teman, berjalan-jalan, atau bahkan menonton film.
Namun jika kamu masih tidak bisa menahan diri untuk tidak berbelanja, cobalah mundur selangkah sebelum membeli barang yang dimaksud.
Beri diri beberapa hari untuk merenungkan konsekuensi dari pengeluaran emosional ini.
4. Berbelanja untuk menghilangkan stres
Tanda lain seseorang merupakan pembeli impulsif adalah berbelanja setiap kali kamu merasa stres.
Kebiasaan tersebut ternyata juga masuk ke dalam kebiasaan pembelian impulsif.
Baca Juga: Bagaimana Menggunakan Investasi Sebagai Tabungan Biaya Kuliah Anak? Ini Tips dari Pakar
Kalau kamu memiliki kebiasaan ini, ada baiknya kamu memprioritaskan kegiatan yang jauh dari pusat perbelanjaan untuk menghilangkan stres, seperti jogging, atau aktivitas lainnya.
Nah, itu dia tanda-tanda pembeli impulsif. Semoga tidak ada satupun tanda di atas yang sesuai dengan kebiasaan kamu ya! (*)