Hari Masyarakat Adat Internasional: Ini Makna Pakaian Adat di Berbagai Negara

Citra Narada Putri - Senin, 9 Agustus 2021
Tiap masyarakat adat mengenakan pakaian dengan arti yang berbeda-beda.
Tiap masyarakat adat mengenakan pakaian dengan arti yang berbeda-beda. Serge_Bertasius | Getty Images

Parapuan.co – Hari ini bertepatan dengan perayaan Hari Masyarakat Adat Internasional atau International Day of the World’s Indigenous Peoples yang diadakan tiap tanggal 9 Agustus.

Isu ini pertama kali diangkat oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa pada Desember 1994, yang mana tujuannya adalah untuk menyadarkan kita semua tentang pentingnya hak-hak populasi masyarakat adat dunia.

Untuk turut merayakan Hari Masyarakat Adat Internasional, berikut PARAPUAN rangkum sejarah dan cerita di balik pakaian masyarakat adat di dunia yang masih ada hingga kini:

Baca Juga: Happy Salma Tampil Menawan dalam Balutan Baju Adat Bali Saat Perayaan Galungan

1. Suku Baduy, Indonesia

Pakaian adat Suku Baduy terbuat dari bahan yang tersedia di alam sekitar mereka.
Pakaian adat Suku Baduy terbuat dari bahan yang tersedia di alam sekitar mereka. Galeri Indonesia Kaya

Suku Baduy adalah masyarakat adat di Indonesia yang masih lestari hingga kini.

Masyarakat adat Suku Baduy di Banten sangat taat pada aturan adat yang kuat, salah satunya soal pakaian.

Adapun yang jadi ciri khas masyarakat adat Suku Baduy adalah pakaian sederhana berwarna hitam dan putih yang dominan.

Melansir dari Indonesia Kaya, pakaian adat Suku Baduy terbuat dari bahan yang tersedia di alam sekitar mereka.

Pakaian masyarakat adat laki-laki Suku Baduy disebut dengan jamang sangsang, yang berlengan panjang dan hanya disangsangkan atau dilekatkan pada tubuh.

Desain baju sangsang terdapat lubang di bagian leher sampai dada, serta tidak menggunakan kerah, kancing, dan kantong, serta tidak boleh dijahit menggunakan mesin.

Untuk masyarakat adat perempuannya, pakaian hanya berupa kain atau semacam sarung bewarna biru kehitam-hitaman berupa kebaya dengan motif batik yang dipakai dari tumit hingga ke dada.

Jika perempuan sudah menikah, baju adat terlihat terbuka di bagian dada, sedangkan yang belum menikah bagian dada akan tertutup.

2. Metis, Kanada

Kelompok adat Metis masih meneruskan tradisi melalui pakaian yang unik dan berwarna cerah.
Kelompok adat Metis masih meneruskan tradisi melalui pakaian yang unik dan berwarna cerah. NAHO.CA

Metis adalah salah satu kelompok adat leluhur Kanada yang masih meneruskan tradisi melalui pakaian yang unik.

Melansir dari naho.ca, untuk laki-laki, masyarakat Metis mengenakan pakaian yang terbuat dari kulit rusa yang disamak dengan topi bertepi besar dan mokasin manik-manik di sepatu bot.

Sementara masyarakat adat perempuan Metis umumnya mengenakan pakaian yang lebih sederhana dengan gaun lurus panjang dan berwarna gelap yang menonjolkan garis leher.

Mereka akan mengenakan wol berhias dan legging berbahan beludru. Sementara mokasin manik-manik juga dikenakan di alas kaki mereka.

Para perempuan adat Metis juga mengenakan syal, sarung tangan dan mantel yang terbuat dari bulu serta kantong Octopus yang digunakan untuk membawa barang-barang keperluan sehari-hari.

Baca Juga: Jangan Pakai Mesin Cuci, Ini Cara Membersihkan Syal Sutra agar Tahan Lama

3. Suku Maya, Guatemala

Masyarakat adat Suku Maya memakai pakaiat adat bernama traje tipico.
Masyarakat adat Suku Maya memakai pakaiat adat bernama traje tipico. Lucy Brown | Getty Images

Suku Maya di Guatemala adalah salah satu masyarakat yang masih bertahan di tengah masyarakat yang bergerak lebih modern saat ini.

Melansir dari milmilagros.org, masyarakat adatnya memakai pakaiat adat bernama traje tipico dengan pola zig zag warna warni dan lengan bersulam yang sering kali dihiasi dengan rhinestones kecil.

Sementara pakaian mereka ditenun dari benang katun organik yang diwarnai secara alami menggunakan bunga, sayuran, rempah-rempah dan kulit kayu untuk menciptakan warna cerah.

Jika ratusan tahun lalu traje umumnya dipakai oleh perempuan, kini laki-laki juga mengenakannya dalamm bentuk kemeja dan celana bordir.

Komponen paling umum dari traje untuk perempuan adalah huipil (blus), faja (ikat pinggang), dan corte (rok).

Warna dan ukuran faja bisa menandakan jika seorang perempuan sudah menikah atau masih lajang.

Selain itu juga ada aksesori lain seperti cinta (sejenis ikat kepala), tokoyal (pita yang dililitkan di kepala), dan tzute yang dapat dikenakan di kepala atau sebagai kain yang bisa diikat untuk menggendong bayi di punggung.

Pakaian Suku Maya juga terkenal dengan warna-warna cerah dan motif aneka rupa, mulai dari bentuk geometris (berlian, bintang dan zig zag), motif alam (tumbuhan, bunga, serangga dan binatang) hingga figur manusia.

Masing-masing simbol dan jumlahnya pun memiliki makna yang berbeda-beda.

4. Suku Karen, Thailand dan Myanmar

Selain padaung, masyarakat adat Suku Karen juga mengenakan tunik dengan warna berbeda-beda, tergantung status.
Selain padaung, masyarakat adat Suku Karen juga mengenakan tunik dengan warna berbeda-beda, tergantung status. hadynyah | Getty Images

Umumnya Suku Karen dikenal warga dunia dengan ciri khas masyarakat perempuannya yang mengenakan cincin panjang di leher, yang juga dikenal sebagai Padaung.

Namun lebih dari itu, suku yang terletak di perbatasan Thailand dan Myanmar ini punya pakaian adat yang unik dan penuh warna-warna yang cantik.

Melansir dari The Textile Atlas, ada ciri khas yang ditemukan dalam pakaian-pakaian suku Karen.

Bentuk atasan tunik dengan potongan V-neck dan desain tube skirt yang sederhana, dengan penggunaan warna tradisional.

Warna merah, hitam dan putih biasanya dikhususkan untuk perempuan yang belum menikah.

Sementara hiasan biji bordir juga kerap menjadi detail dari kain katun tebal atau kain rami yang dipakai oleh masyarakat adat.

Dalam proses pembuatannya, masyarakat adat Suku Karen juga mempraktekkan tenun ikat untuk membuat tube skirt merah dengan motif garis-garis.

Sementara pada penggunaan aksesorinya, selain mengenakan cincin melingkar di leher (Padaung), perempuan Suku Karen juga mengenakan anting-anting berukuran besar.

Baca Juga: Ternyata Ini Makna Kalung Meghan Markle di Video Ulang Tahun ke-40

5. Suku Maasai, Kenya dan Tanzania

Warna pakaian Suku Maasai bervariasi menurut usia dan jenis kelamin.
Warna pakaian Suku Maasai bervariasi menurut usia dan jenis kelamin. Google Art & Culture

Masyarakat adat Suku Maasai yang tersebar di Kenya Selatan dan Tanzania Utara, umumnya mengenakan Shuka.

Melansir dari Google Arts and Culture, Shuka sendiri diambil dari kata Maa yang memiliki arti seprai, yang secara tradisional dipakai melilit tubuh.

Pakaian adat ini berwarna merah, terkadang dicampur dengan warna dan pola lain seperti kotak-kotak atau bunga.

Warna pakaian Suku Maasai bervariasi menurut usia dan jenis kelamin. Laki-laki muda mengenakan pakaian hitam, sementara yang tua mengenakan sampul merah.

Untuk perempuan biasanya memilih potongan kain kotak-kotak, bergaris atau bermotif.

Suku Maasai juga terkenal dengan manik-maniknya yang rumit, yang mana bagi perempuan hal tersebut dapat mengekspresikan posisi mereka di masyarakat.

Umumnya manik-manik tersebut terbuat dari kaca warna-warni, yang dipakai di telinga.

Masing-masing warna yang digunakan pada manik-manik tersebut memiliki arti yang berbeda-beda.

Putih melambangkan perdamaian, biru adalah warna air, dan merah melambangkan kepahlawanan dan keberanian.(*)



REKOMENDASI HARI INI

Implementrasi Kurang Efektif, Wapres Gibran Minta Sistem Zonasi PPDB Dihapus