Menurutnya, kita tidak bisa memproduksi fashion secara massal namun dengan cara yang berkelanjutan di tengah dunia dengan kondisi saat ini.
“Itulah salah satu banyak alasan mengapa kita membutuhkan perubahan sistem,” tutupnya dalam cuitan tersebut.
Greta Thunberg sendiri sudah tiga tahun tidak membeli pakaian. Hal ini ia sampaikan dalam wawancara dengan Vogue Skandinavia.
“Terakhir kali saya membeli sesuatu yang baru adalah tiga tahun lalu dan itu adalah barang bekas,” ceritanya.
Guna meminimalisir konsumsi barang, Greta mengaku lebih sering meminjam dari orang yang dikenalnya.
Baca Juga: Jangan Disepelekan! Ini Dampak Fast Fashion dan Perilaku Konsumtif Pada Ancaman Limbah Pakaian
Pada waktu yang terpisah, Aretha Aprilia, pakar manajemen limbah dan energi, menyampaikan kepada PARAPUAN bahwa masih banyak perusahaan yang greenwashing.
Menurutnya, greenwashing mengacu pada klaim menyesatkan perusahaan yang mengatakan bahwa mereka menerapkan bisnis yang beretika atau ramah lingkungan.
Aretha pun memberikan contoh, “Misalnya ada produsen yang berbohong bahwa mereka ‘green company’ dan menggunakan produk yang ramah lingkungan atau menerapkan recycle. Tapi sebetulnya kalau kita melihat kembali ke dalam, tidak seperti itu.”
Sayangnya, masih banyak konsumen yang terjebak dan menjadi korban greenwashing ini.
Maklum saja, kesadaran untuk memiliki gaya hidup yang lebih berkelanjutan oleh masyarakat tidak diimbangi dengan pengetahuan yang cukup, sehingga masyarakat masih bingung dan sulit dalam memilih produk yang benar-benar punya tujuan baik bagi lingkungan.
“Kita tentu tidak bisa mengandalkan produsen untuk transparan. Maka balik lagi keputusan ada di tangan konsumen agar lebih bijak dalam mengonsumsi pakaian,” tutup Aretha.(*)