Menurut Shanti, orang tua dapat mencoba menjadwalkan pertemuan one-on-one antara anak dan guru secara daring, sekolah drive thru, dan memanfaatkan video call atau permainan online untuk mempertemukan anak dan temannya dalam kegiatan bersama.
Orang tua dan guru pun bisa melakukan asesmen awal sebelum memulai kegiatan belajar mengajar demi mencari tahu lebih lanjut soal kebutuhan belajar anak dan hal-hal yang dapat mendukungnya untuk belajar secara online.
Jika anak maupun orang tua dirasa membutuhkan pendampingan dari profesional, hendaknya orang tua tak ragu untuk datang menemui psikolog.
Bahkan, sebaiknya orang tua dan anak berkonsultasi dengan psikolog sebelum anak maupun orang tua mengalami gangguan kesehatan mental akibat sekolah online ini.
"Psikolog juga termasuk support system untuk keluarga selama belajar di rumah. Konseling dengan psikolog tidak harus menunggu saat ada masalah, namun dapat dilakukan kapan saja. Ada baiknya konsultasi dilakukan," jelas Shanti lebih lanjut.
Baca Juga: Simak, Ini Tips dari Psikolog agar Anak Tetap Senang Belajar di Rumah
Sistem pembelajaran daring seperti sekarang ini tentu tidak dapat secara utuh menggantikan kegiatan belajar mengajar secara tatap muka.
Namun, sebenarnya kegiatan belajar mengajar online memiliki beberapa keuntungan.
Selain melindungi anak dari kemungkinan terpapar Covid-19 di lingkungan sekolah dan bermain, kegiatan belajar mengajar dapat dijangkau dari berbagai waktu dan tempat.
Penggunaan teknologi juga memungkinkan siswa untuk mendapatkan informasi yang lebih luas melalui internet.
(*)