Bahkan, Audrey selalu panik mendengar suara bel pintu berdering dan tidak bisa berbicara dengan suara keras kepada orang asing.
Pengalaman Audrey ini pun sering dialami oleh remaja di dunia nyata. Tidak mengherankan kalau kisah dalam buku ini berhasil menjadi representasi banyak remaja.
Temukan inspirasi dalam buku ini, yang sudah diterjemahan ke Bahasa Indonesia di Gramedia.
The Perks of Being a Wallflower
Buku karya Stephen Chbosky ini mengangkat masalah kesehatan mental pada remaja berusia 15 tahun bernama Charlie yang berasal dari trauma masa kecilnya.
Buku ini berhasil menggambarkan perasaan kesepian yang dirasakan remaja saat menjalani hari demi hari.
Karakter Charlie juga hadir sebagai representasi para remaja yang berjuang dengan kondisi depresi akut serta keinginan untuk menyakiti diri sendiri.
Pengalaman emosional Charlie mampu menjadi refleksi bagi kita jika memiliki anak, saudara, atau kerabat yang perlu pendampingan terkait masalah kesehatan mental.
All The Bright Places
Buku yang ditulis oleh Jennifer Niven ini sangat emosional karena mengisahkan tentang seorang gadis remaja yang belajar hidup dari seorang anak laki-laki dengan niat untuk bunuh diri.
Laki-laki bernama Theodore Finch tersebut tertarik dengan konsep kematian.
Kondisi mentalnya yang tidak stabil membuatnya terus-menerus memikirkan cara untuk menyakiti dirinya.
Baca Juga: Mengenal Kisah Perjuangan Perempuan Berpengaruh di Dunia Lewat Buku Ilustrasi Ini!