Parapuan.co - Tanggal 12 Agustus diperingati sebagai Hari Remaja Internasional oleh seluruh masyarakat di dunia.
Masa remaja merupakan transisi dari anak-anak menjadi sosok yang lebih dewasa. Sehingga, perubahan yang cukup drastis di kehidupan remaja sangat bisa terjadi.
Sebab merupakan masa peralihan, masa remaja sering membuat kita bingung. Tentunya, hal ini menjadi tantangan bagi anak-anak yang masih dalam perjalanan menemukan siapa dirinya sendiri.
Banyak remaja merasa terbebani dengan segala perubahan yang harus dihadapinya, serta penyesuaian dengan lingkungan yang ternyata tidak semanis masa kanak-kanak.
Maka, masalah kesehatan mental menjadi sering ditemukan pada remaja yang sedang menjalani masa transisi tersebut.
Masalah kesehatan mental remaja kerap kali dilupakan dan dianggap sebagai salah satu bentuk dari pubertas atau masa peralihan.
Media seperti buku bisa menjadi salah satu cara untuk mengenalkan pentingnya kesehatan mental bagi remaja dan risiko yang ada jika kita mengabaikannya.
Nah, 4 buku fiksi berikut mampu memberi gambaran isu kesehatan mental yang terjadi di masa remaja.
Finding Audrey
Dalam buku ini, penulis Sophia Kinsella mengangkat masalah kesehatan mental berupa kecemasan sosial dengan bahasa dan perumpamaan ringan.
Karakter Audrey menolak untuk meninggalkan rumah dan dia selalu memakai kacamata hitam besar setiap harus keluar rumah.
Baca Juga: 5 Rekomendasi Buku Anak yang Masih Cocok Dibaca hingga Dewasa dalam Rangka Hari Anak Nasional
Bahkan, Audrey selalu panik mendengar suara bel pintu berdering dan tidak bisa berbicara dengan suara keras kepada orang asing.
Pengalaman Audrey ini pun sering dialami oleh remaja di dunia nyata. Tidak mengherankan kalau kisah dalam buku ini berhasil menjadi representasi banyak remaja.
Temukan inspirasi dalam buku ini, yang sudah diterjemahan ke Bahasa Indonesia di Gramedia.
The Perks of Being a Wallflower
Buku karya Stephen Chbosky ini mengangkat masalah kesehatan mental pada remaja berusia 15 tahun bernama Charlie yang berasal dari trauma masa kecilnya.
Buku ini berhasil menggambarkan perasaan kesepian yang dirasakan remaja saat menjalani hari demi hari.
Karakter Charlie juga hadir sebagai representasi para remaja yang berjuang dengan kondisi depresi akut serta keinginan untuk menyakiti diri sendiri.
Pengalaman emosional Charlie mampu menjadi refleksi bagi kita jika memiliki anak, saudara, atau kerabat yang perlu pendampingan terkait masalah kesehatan mental.
All The Bright Places
Buku yang ditulis oleh Jennifer Niven ini sangat emosional karena mengisahkan tentang seorang gadis remaja yang belajar hidup dari seorang anak laki-laki dengan niat untuk bunuh diri.
Laki-laki bernama Theodore Finch tersebut tertarik dengan konsep kematian.
Kondisi mentalnya yang tidak stabil membuatnya terus-menerus memikirkan cara untuk menyakiti dirinya.
Baca Juga: Mengenal Kisah Perjuangan Perempuan Berpengaruh di Dunia Lewat Buku Ilustrasi Ini!
Tetapi setiap kali ada sesuatu yang baik yang hadir, dia berhasil menghentikan keinginan tersebut.
Kisah Theodore dan gadis remaja bernama Violet ini mengajarkan kita tentang hal-hal sederhana di dalam hidup yang dapat membuat kita kembali bangkit.
Buku dalam terjemahan Bahasa Indonesia sudah tersedia di Gramedia lho, Kawan Puan.
It’s Kind of a Funny Story
Lewat buku ini, Ned Vizzini menceritakan kisah dua remaja yang sedang menjalani proses penyembuhan di rumah sakit rehabilitas untuk kesehatan mental.
Pembaca diajak untuk melihat proses pemulihan yang tidak mudah dan pentingnya dukungan dari orang-orang tercinta.
Karakter-karakter yang masih remaja juga digambarkan dengan baik, terutama saat sedang mencari jati diri.
Pencarian jati diri tersebut digambarkan dengan petualangan bersama di rumah sakit dan persahabatan yang terjalin.
Daftar buku di atas dapat menjadi pilihan bacaan bagi kamu yang ingin lebih mengenal isu kesehatan mental yang terjadi pada remaja.
Selalu ada hal baik dan pelajaran hidup saat kita membaca buku lho, Kawan Puan.
(*)
Baca Juga: Ada Kumpulan Esai dan Jurnal Harian, Ini Rekomendasi Buku Non Fiksi Pilihan RM BTS