Apabila salah satu di antara tiga syarat tersebut luput, maka ibu menyusui tetap berisiko hamil.
Kehamilan pada masa menyusui pun bukannya tanpa konsekuensi.
Kehamilan yang terjadi selama masa menyusui bisa menimbulkan beberapa perubahan pada tubuh ibu, seperti kontraksi ringan pada rahim akibat rangsangan hormon oksitosin yang dilepaskan, ASI berubah menjadi kolostrum dan membuat rasanya lebih asin dan kurang manis, serta membuat puting payudara ibu terasa lebih sakit dan ibu merasa lebih lelah.
“Untuk itu, sebaiknya penggunaan kontrasepsi dianjurkan bagi ibu menyusui pada saat setelah melahirkan, maupun segera setelah berakhirnya masa nifas,” tutur Rony.
Melalui webinar ini juga, Rony menerangkan beragam metode kontrasepsi yang dapat menjadi andalan bagi ibu menyusui.
Baca Juga: Benarkah Penggunaan IUD Menimbulkan Jerawat? Ini Jawaban Ahli
Ada dua metode kontrasepsi yang dapat dipilih oleh ibu menyusui.
Pertama, KB yang bersifat non-hormonal, baik berupa kondom maupun IUD non-hormonal.
Kedua, ibu dapat memilih KB yang bersifat hormonal.
Rony menjelaskan, metode kontrasepsi hormonal yang aman untuk ibu menyusui adalah metode kontrasepsi hormonal yang hanya mengandung hormon progestin/progesteron, misalnya Implan, Suntikan KB Andalan 3 bulan, dan juga Pil KB
Andalan Laktasi.
Ibu tak perlu takut, sebab hormon progestin tidak akan mengganggu kadar prolaktin, sehingga produksi ASI tetap lancar, dan tidak mengganggu kualitas ASI.
(*)