Seperti yang dilansir dari Healthline, seorang penulis bernama Susan Forward menjadi pelopor istilah blackmail yang saat ini tak jarang dialami oleh setiap pasangan.
Dalam bukunya yang berjudul “Emotional Blackmail: When the People in Your Life Use Fear, Obligation, and Guilt to Manipulate You”, Susan mengatakan bahwa emotional blackmail merupakan tindakan pemerasan emosional yang manipulatif.
Tak hanya itu, Erika Myers, seorang terapis di Bend, Oregon juga berpendapat bahwa emotional blackmail merupakan bentuk pemerasan emosional yang halus dan berbahaya.
“Ini mungkin tampak seperti menahan pasangan, bentuk kekecewaan, atau bahkan perubahan,” ungkap Erika.
Baca Juga: Mengenal Guilt Trips dan Dampak yang Mungkin Akan Ditimbulkan
Tanda emotional blackmail
Saat pasangan melakukan emotional blackmail, tentu tanda yang kerap ditunjukkan adalah dengan memberikan ancaman untukmu baik itu ancaman yang kecil hingga ancaman yang dapat membahayakan dirimu.
Tak hanya ancaman, pasangan yang melakukan emotional blackmail juga menunjukkan tanda-tanda lain terkait perilaku mereka seperti menuntut dan menekan.
Kondisi ini tentu akan membuatmu kembali berpikir saat akan memutuskan sesuatu dan bahkan tak jarang mengurungkan niatmu untuk melakukannya.