Novi dan perempuan tua tersebut tahu betul apa yang dialami oleh Marlina sebagai seorang perempuan yang terancam dan mereka tidak memberikan penghakiman.
Sebuah gambaran lingkungan sekitar kita yang penuh dengan penghakiman terhadap perempuan, terutama dalam kasus kekerasan seksual.
Sering kali kita menemukan bahwa sesama perempuanlah yang memahami perjuangan korban dan memberi dukungan sepenuhnya untuk mendapatkan kebebasan dan keadilan.
Ketika sekelompok perampok kembali mencari Marlina, Novi dan perempuan tersebutlah yang menutupi keberadaan Marlina sehingga Marlina dapat bebas dari ancaman.
Baca Juga: Film 3 Srikandi: Dukungan Sesama Perempuan Jadi Kunci Medali Olimpiade Pertama Indonesia
Babak Ketiga: Pengakuan Dosa
Babak ini adalah gambaran paling nyata mengenai sistem hukum di Indonesia yang masih menomorduakan perempuan.
Saat Marlina tiba di kantor polisi, ia masih harus menunggu sampai ia benar-benar dilayani karena para polisi sedang bermain tenis meja.
Saat Marlina melaporkan apa yang terjadi, ia bukannya mendapat perlindungan namun malah ditanya kenapa mau diperkosa dengan orang tua.
Pertanyaan dari pihak kepolisian tersebut sering kita temukan di kehidupan nyata dalam kasus kekerasan seksual yang dialami perempuan.
Dialog dari polisi tersebut memberi kesan bahwa kita sebagai korban menikmati dan menginginkan kejadian tersebut.
Pertanyaan lain seperti apakah kita menikmatinya atau pakaian yang kita gunakan apakah menggoda, merupakan bentuk penyalahan korban.