Selain itu, kasus kekerasan seksual digambarkan bukanlah sebagai prioritas bagi kepolisian. Dalam film terlihat sang polisi meremehkan kasus ini.
Pada akhirnya kita tidak bisa menemukan keadilan yang kita cari di sistem hukum Indonesia, seperti Marlina yang akhirnya memutuskan untuk membebaskan dirinya dari ancaman tersebut sendirian.
Lalu, pengakuan dosa yang dimaksud dalam judul babak ini adalah gambaran stigma masyarakat bahwa perempuan korban kekerasan seksual sangatlah berdosa dan juga hina.
Padahal mereka adalah korban yang tidak pernah meminta untuk dilecehkan.
Babak Keempat: Kelahiran
Tak ada yang dapat Marlina lakukan untuk mendapatkan keadilan sepenuhnya dan Marlina terpaksa pulang ke rumahnya karena Novi ditawan gerombolan Markus.
Ketika kembali ke tempat yang menumbuhkan traumanya, Marlina diperlakukan sama seperti sebelumnya.
Baca Juga: Film Dua Garis Biru: Melihat Pentingnya Keterbukaan dalam Keluarga bagi Anak Remaja
Namun kali ini Marlina bersama Novi sadar bahwa sebagai perempuan tidak ada dukungan selain dari sesama perempuan dan keberanian diri sendiri.
Maka, Marlina dan Novi akhirnya bertekad untuk berjuang sendiri demi kebebasan dan keadilan yang mereka nantikan sebagai perempuan.
Keputusan tersebut banyak diambil oleh perempuan Indonesia dalam menghadapi ketidakadilan yang ada.
Berjuang sendiri, membentuk aliansi perempuan, menggandeng perempuan lain, karena hanya itu kekuatan yang mampu membela kita di tengah sistem masyarakat yang sangat patriarkis.
Seperti Marlina, perempuan di Indonesia akhirnya harus kembali berjuang sendiri demi kebebasan, keadilan, dan pemenuhan hak sepenuhnya karena lingkungan kita tidak memihak pada perempuan atau setidaknya adil.
Baca Juga: Film Little Miss Sumo: Mengulik Kisah Hiyori Kon Pesumo Perempuan Amatir dari Jepang
Babak Kelahiran ini diakhiri dengan Novi yang akhirnya melahirkan anaknya di dapur rumah Marlina. Kelahiran ini sekaligus menjadi simbol awal yang baru yang bebas bagi Marlina. (*)