Parapuan.co - Peran perempuan untuk memperjuangkan mimpinya, telah menorehkan banyak jejak dalam sejarah bangsa Indonesia.
Di masa sebelum Indonesia merdeka, perempuan berjuang untuk mendapatkan akses pendidikan. Pendidikan menjadi jejak kental pergerakan perempuan, dalam memperjuangkan kendali mimpi diri.
Sebut saja nama-nama seperti RA Kartini hingga Dewi Sartika, termasuk dalam deretan panjang perempuan Indonesia, yang menjadikan pendidikan sebagai fokus perjuangan.
Para perempuan di masa itu yakin bahwa pendidikan adalah kunci untuk mewujudkan mimpi dalam diri.
Berangkat dari semangat itu, mulai muncul organisasi-organisasi perempuan, yang memperjuangkan hak-hak dasar bagi perempuan, termasuk kesetaraan gender dalam keluarga dan masyarakat.
Baca Juga: Ikut Perang Lawan Belanda di Usia 17 Tahun, Ini Kisah Martha Christina Tiahahu
Memasuki era kemerdekaan, perjuangan perempuan pun bergeser untuk mendapatkan akses pekerjaan dan kemandirian untuk berdiri di kaki sendiri (berdikari).
Setelah mendapatkan akses pendidikan, bermunculan juga organisasi-organisasi perempuan yang menyuarakan hak dasar lainnya, seperti hak dalam perkawinan hingga hak untuk mandiri dan berdikari.
Pada masa Orde Baru, geliat perempuan Indonesia sempat tertahan. Kala itu, citra perempuan terbatas hanya sebagai sosok istri, pendamping suami, ibu bagi anak, atau pengatur dalam rumah tangga.
Perubahan baru terjadi lagi ketika Megawati Soekarnoputri menjadi Presiden Indonesia di era reformasi.
Perempuan serasa diingatkan bahwa posisi dan peran strategis, bahkan jabatan tertinggi negara, adalah mimpi yang bisa diraih.
Baca Juga: Perempuan Harus Berani Tumbuh dalam Meraih Mimpi, Ketidakpastian Bisa Jadi Tantangan yang Mendukung
Litbang Kompas dan kolaborasi KG Media pada Maret lalu, melakukan survei terhadap 1.218 audiens KG media, tentang respons perempuan mengenai berbagai isu seperti eksistensi dalam perkawinan, problem keluarga, pendidikan, pekerjaan dan politik.
Berdasarkan riset tersebut, berikut ini sejumlah pendapat sebagai insight, tentang perjuangan panjang perempuan Indonesia, dari masa ke masa.
Perjuangan dalam Akses Pendidikan
Riset mendapati hasil bahwa mayoritas responden setuju, perempuan harus berpendidikan tinggi.
Riset juga mengungkap bahwa perempuan menganggap pendidikan sebagai hal penting dan bisa dijadikan bekal untuk menjalani kehidupan.
Oleh karena itu, perempuan pun mengharapkan akses yang sama terhadap pendidikan tinggi dan mendapatkan prioritas sebagaimana laki-laki.
Baca Juga: Mimpi Jadi Nyata! Voice of Baceprot Bakal Tampil di Wacken Open Air 2022
Perjuangan dalam Akses Pekerjaan
Budaya patriarki dan citra yang menilai perempuan hanya akan menjadi istri pendamping suami, ternyata kini sudah mulai bergeser.
Perempuan pun telah berani bermimpi dan menyuarakan aspirasinya, untuk memutuskan keinginan sendiri dan tak lagi sekadar mengikuti kehendak budaya atau sistem di masyarakat.
Hal ini dipertegas dengan hasil riset, bahwa mayoritas perempuan menyatakan punya kebebasan untuk memutuskan untuk bekerja atau tidak bekerja.
Perempuan juga punya suara untuk berkehendak menjadi perempuan karier, ibu rumah tangga, atau bahkan memegang dua peran itu sekaligus.
Baca Juga: Lebih Berani, Perempuan Kini Tak Lagi Lemah untuk Perjuangkan Hak Rumah Tangga
Perjuangan dalam Perkawinan
Hasil survei memperlihatkan, kini perempuan sudah berani menyuarakan keinginan dalam relasi rumah tangga.
Misalnya saja hak untuk menyatakan bersedia atau menolak berhubungan badan, menentukan jumlah anak yang akan dilahirkan, hingga bersuara dalam penggunaan alat kontrasepsi.
Hal ini membuktikan bahwa perempuan sudah lebih mampu menempatkan diri setara dengan laki-laki, dalam relasi perkawinan.
Selain itu, perempuan juga kini lebih berani mengungkap ketidakadilan dalam rumah tangga seperti praktik kekerasan, baik secara fisik maupun batin.
Baca Juga: Kawan Puan, Yuk Kenali 3 Bunga Nasional Milik Indonesia Ini!
Perjuangan dalam Akses Politik
Meskipun laki-laki masih lebih dominan dipilih menjadi pemimpin, namun ruang bagi perempuan untuk bersuara bahkan melaju dalam kontestasi politik, kini lebih terbuka.
Perempuan ingin memiliki partisipasi politik yang nyata, mandiri, dan tidak bergantung kepada pasangan.
Cara pandang dan idealisme perempuan di ranah politik juga dapat dipertimbangkan, setara dengan laki-laki.
Ini artinya upaya perempuan dari generasi ke generasi, membuat perempuan di hari ini lebih berani untuk bermimpi dan menyuarakan kesetaraan dengan laki-laki.
Baik itu soal pendidikan, aktivitas produktif di luar rumah, relasi perkawinan, hingga ranah politik.
(*)
Baca Juga: Tampilkan Tema Kemerdekaan, Ini Makna Google Doodle Hari Ini