Pengobatan imunoterapi dianggap efektif dalam menyasar sistem kekebalan pada penyintas kanker agar terlatih untuk aktif kembali dalam membunuh sel-sel kanker tersebut.
Lewat pengobatan imunoterapi, diharapkan laju pertumbuhan angka beban kanker paru dapat ditekan, serta dapat menjawab kebutuhan para penyintas kanker.
Di sisi lain, Indonesia masih berada dalam kondisi yang kurang menguntungkan bagi para penyintas kanker paru.
Pasalnya, berdasarkan pemaparan Megawati Tanto, selaku Koordinator Cancer Information and Support Center (CISC) Paru, Indonesia tengah berada di kondisi dimana kebutuhan pasien kanker berupa akses pengobatan masih belum terpenuhi.
Kondisi ini dibuat semakin parah manakala pasien kanker paru kini juga harus berjuang melawan risiko terpapar COVID-19 yang amat besar setiap harinya.
Pada akhirnya, "Pasien harus berjuang melawan kesakitan fisik, beban psikologi, sosial, serta ekonomi," tambah Megawati.
Pada kesempatan tersebut, IPKP dan CISC turut membuka kesempatan bagi penyintas kanker paru untuk menyampaikan aspirasinya.
Di sini, Naomi Oktalina Ginting sebagai salah seorang penyintas kanker paru mengungkapkan perjuangannya selaku pasien kanker paru stadium 3B.
Baca Juga: Bisa Jadi Ancaman untuk Perempuan, Kanker Paru Kini Perlu Jadi Prioritas Nasional, Ini Alasannya
Sebagai penyintas, ia melihat masih banyaknya ketidakmerataan akses pengobatan kanker paru, khususnnya untuk pasien kritis.
Oleh karenanya, mewakili seluruh penyintas kanker paru, ia mengungkapkan harapannya agar akses pengobatan pada pasien kanker paru turut diprioritaskan secara nasional. (*)