Kesetaraan Perempuan dalam Film Didorong oleh Female Gaze, Apa Itu?

Alessandra Langit - Minggu, 22 Agustus 2021
Ilustrasi penerapan female gaze atau cara pandang menurut lensa perempuan di industri film
Ilustrasi penerapan female gaze atau cara pandang menurut lensa perempuan di industri film monkeybusinessimages

Mengangkat kisah seorang pelukis perempuan yang jatuh cinta, film ini terbilang sangat sensual dengan adanya hasrat dari kedua karakter utama.

Namun tidak ada gambaran yang erotis ketika kedua karakter berhubungan seksual atau mengekspresikan gairahnya.

Nafsu kepada karakter perempuan tidak digambarkan dengan pandangan yang tertuju pada tubuh perempuan dan dieksplorasi dari ujung kepala hingga ujung kaki.

Hasrat dalam film ini digambarkan lewat lukisan lipatan kertas di buku yang memiliki bentuk seperti lapisan alat kelamin perempuan.

Baca Juga: Mengenal Istilah Seksisme, Bentuk Diskriminasi Terhadap Perempuan

Sebagai penonton, kita diajak untuk fokus kepada emosi cinta antara dua karakter yang sedang dimabuk asmara dan melatih perspektif sendiri tentang hasrat.

Alih-alih menyajikan gambaran perempuan yang memantik gairah dari lawan mainnya, sutradara membiarkan penonton untuk menciptakan pendapat sendiri soal hasrat dalam cinta.

Dua Garis Biru (2019)

Film yang dibuat lewat lensa perempuan memiliki kesetaraan antara tokoh perempuan dan laki-laki. Contohnya adalah film yang disutradarai dan ditulis oleh Gina S. Noer ini.

Mengangkat kisah kesalahan pasangan kekasih, film ini tidak memberikan beban hukuman kepada perempuan. 

Walaupun harus menanggung beban kehamilan yang tidak direncanakan, karakter perempuan tetap dapat mengelola mimpinya.

Memiliki beban kesalahan yang sama, karakter laki-laki juga digambarkan harus menerima akibat yang setara dengan perempuan.

Baca Juga: Film Dua Garis Biru: Melihat Pentingnya Keterbukaan dalam Keluarga bagi Anak Remaja

Industri film kecil dan independen kini sedang berusaha untuk mendorong film female gaze di bioskop.

Salah satu cara untuk membantu mereka adalah dengan mendukung film berkualitas karya sutradara perempuan. (*)

Sumber: Jurnal The Female Gaze: A Revolution on the Screen
Penulis:
Editor: Tentry Yudvi Dian Utami