Self-diagnose hanya membuat kamu panik
Tahukah kamu, kalau manusia memiliki naluri untuk cenderung memikirkan kemungkinan terburuk yang bisa menimpanya?
Itulah mengapa lebih mudah bagimu untuk mengasumsikan hal-hal buruk ketika melakukan self-diagnose.
Pada akhirnya, self-diagnose hanya akan membuatmu mengalami kepanikan yang tidak seharusnya terjadi.
Kalau saja kamu lebih memilih berkonsultasi ke psikolog, kamu tidak akan merasa panik.
Sebab psikolog profesional bisa menjelaskan kondisimu dengan baik tanpa menimbulkan kepanikan dan kecemasan.
Baca Juga: Kenali Tren Hustle Culture dalam Dunia Kerja, Ternyata Berbahaya
Self-diagnose membuat penyakit atau gangguan sebenarnya terabaikan
Gejala penyakit atau gangguan kesehatan mental yang belum tentu benar.
Bisa saja kamu yakin sedang mengalami anxiety disorder, tetapi sebenarnya kamu mengalami depresi mayor.
Bisa jadi pula kebalikannya atau bahkan bukan keduanya.
Saat kamu melakukan self-diagnose, kamu jadi tidak tahu sebenarnya penyakit atau gangguan kesehatan mental apa yang sedang kamu alami.
Kamu hanya menduga-duga hal yang belum tentu kebenarannya.
Hal ini merupakan masalah karena dengan begitu kamu jadi tidak bisa mendapatkan penanganan yang tepat.
Self-diagnose bisa memperparah kondisi kesehatan mentalmu
Salah satu risiko dari melakukan self-diagnose adalah kamu justru dapat memperparah kondisi kesehatan mentalmu.
Ini bisa terjadi karena kamu terlalu panik dan stres, tidak mengobati masalah kesehatan mental yang sedang kamu alami, atau bahkan mendapatkan pengobatan yang salah.
Setiap masalah kesehatan mental memiliki penanganan tersendiri.
Ada yang bisa diatasi dengan terapi, ada pula yang membutuhkan obat-obatan tertentu.
Kelemahan dari self-diagnose adalah kamu tidak benar-benar tahu penanganan yang tepat untuk masalah kesehatan mentalmu.
Bisa jadi kamu salah langkah dengan menggunakan produk yang memiliki efek samping negatif. Bahaya, bukan?