Para Nakes Ungkap Hadapi Tekanan Saat Melihat Korban Covid-19 Berjatuhan

Anna Maria Anggita - Senin, 30 Agustus 2021
Nakes ceritakan caranya hadapi tekanan setelah merawat pasien Covid-19 dengan bercerita
Nakes ceritakan caranya hadapi tekanan setelah merawat pasien Covid-19 dengan bercerita FamVeld

Parapuan.co - Pandemi Covid-19 sudah berjalan hampir dua tahun terhitung sejak Maret 2020.

Ribuan nyawa pun melayang karena terinfeksi Covid-19.

Baik dari masyarakat biasa hingga para tenaga kesehatan (nakes) berjatuhan karena Covid-19.

Meski demikian, tak hanya secara fisik saja, namun kesehatan mental pun juga perlu diperhatikan.

Coba Kawan Puan bayangkan, mental sebagai masyarakat biasa saja bisa jatuh karena Covid-19 ini, lantas bagaimana para nakes?

Pasalnya para nakes lah yang menjadi garda terdepan dalam menangani pasien Covid-19.

Baca Juga: Mengenal Soal Difabel dan Disabilitas, Apakah Perbedaannya?

Di sisi lain, mereka pun juga yang melihat bangsal-bangsal dipenuhi pasien dari yang mulai membaik hingga meninggal.

Para nakes ini juga butuh menjaga kesehatan mentalnya di tengah chaos gelombang kedua pandemi Covid-19 di Indonesia.

Seperti halnya yang diceritakan oleh Hana Adila, salah satu perawat yang menangani pasien Covid-19 di Solo, Jawa Tengah.

Hana mengungkap gelombang kedua Covid-19 lah yang membuatnya cukup tertekan hingga stres.

Perempuan berhijab ini pun mengungkapkan kurangnya tenaga kesehatan dibandingkan jumlah pasien yang membeludak itu lah menjadi pemicu tekanan stres yang melandanya.

"Stresnya itu gini, kondisi di dalam (rumah sakit) itu pasiennya full dan tenaganya (nakes) juga terbatas kan," ungkap Hana tentang hal yang membuatnya tertekan selama menjadi perawat pasien Covid-19, Jumat (27/8/2021).

Bahkan, pada suatu saat Hana dihadapkan dengan dua pasien yang kondisinya sama-sama buruk.

Di saat yang sama pula, rumah sakit rujukan penuh dan ICU pun hanya ada satu tempat. 

Baca Juga: Sulit Buang Air Besar di Pagi Hari? Coba Pijat Perut dan 3 Hal Ini

Di kondisi mendesak ini, Hana pun merasa sungguh dilema, pasien mana yang harus diselamatkan terlebih dahulu.

Belum lagi setiap hari ia pun dihadapkan pada pasien yang meninggal dan kondisi ini membuatnya ingin marah.

"Harusnya ini bisa selamat kalau dirujuk atau masuk ke ICU, tapi mau bagaimana lagi rujukan tidak bisa dan ICU full," katanya.

Karena situasi yang penuh tekanan ini, hal yang bisa dilakukannya adalah bercerita ke temannya.

Selain itu, sesampainya di rumah ia pun sebisa mungkin tidak memikirkan kondisi di rumah sakit.

Hal yang sama pula juga dilakukan oleh Maria Amelia Goldie Wenur, S.Ked saat mengalami tekanan pada kerjaan selama merawat pasien Covid-19.

"Kalau mental terganggu itu enggak, tapi pernah nih aku ada pasien Covid-19, kondisinya buruk, akhirnya aku harus hubungin keluarga kalau ada perburukan terus ada yang meninggal," ucap dr. Goldie.

Baca Juga: Tubuh yang Sehat dan Fit Bantu Kamu Merdeka dan Aktif Bergerak

Hati dr. Goldie pun sering kali bergetar jika ada pasien yang meninggal di waktu yang sama.

Untuk mengatasi rasa yang mengganjal di hati karena banyaknya korban yang berjatuhan, akhirnya ia pun memutuskan untuk bercerita ke pasangan dan keluarga.

"Pokoknya apapun kejadian yang ada pada hari itu, kita cerita, biar kita enggak pendam sendiri," akunya.

Bercerita kepada orang lain ternyata menjadi pilihan para nakes ini untuk melepaskan rasa yang dialaminya.

Berbagi keluh kesah menjadi salah satu cara mereka menjaga kesehatan mentalnya di tengah penatnya mengurus pasien yang membeludak.

(*)

 



REKOMENDASI HARI INI

Ada Budi Pekerti, Ini 3 Film Indonesia Populer yang Bertema Guru