Parapuan.co - Kawan Puan, pasangan yang tidak ingin terburu-buru memiliki keturunan biasanya melakukan berbagai cara untuk mencegah kehamilan.
Mencegah kehamilan bisa dilakukan dengan menggunakan alat kontrasepsi.
Perlu Kawan Puan ketahui juga bahwa alat kontrasepsi untuk mencegah kehamilan itu ada banyak macamnya.
Baca Juga: Kisah Nyata Nakes Melihat Mirisnya Perjuangan Ibu Hamil yang Terinfeksi Covid-19
Lantas, apa saja alat kontrasepsi yang bisa digunakan?
Dilansir dari laman resmi Queensland Health, berikut ini berbagai jenis alat kontrasepsi untuk mencegah kehamilan.
1. Kondom
Kondom adalah satu-satunya alat kontrasepsi yang melindungi tubuh dari infeksi menular seksual dan berperan juga untuk mencegah kehamilan.
Kondom pun ada yang khusus untuk perempuan dan laki-laki.
Untuk laki-laki, kondom digulung ke penis yang ereksi dan bekerja sebagai penghalang jika ada carian seksual yang keluar.
Sementara itu kondom perempuan ditempatkan ke dalam lubang vagina tepat sebelum berhubungan seksual.
2. Pil Kontrasepsi Oral
Pil kontrasepsi oral berbentuk tablet kecil yang diminum sehari sekali.
Ada beberapa jenis pil berbeda yang bisa dipilih oleh Kawan Puan.
Di antaranya pil kombinasi yang mengandung estrogen dan progestin, dan pil mini yang hanya mengandung satu hormon yakni progestin.
Pil kontrasepsi oral memang memiliki banyak manfaat, namun untuk meminumnya Kawan Puan wajib tepat waktu.
3. Intrauterine Device (IUD)
IUS adalah alat kecil berbentuk T yang terbuat dari bahan yang mengandung hormon progesteron atau plastik dan tembaga.
Di mana IUD ini nantinya akan dipasang dalam rahim perempuan.
IUD juga merupakan metode kontrasepsi jangka panjang dan revesibel yang bisa bertahan selama tiga hingga 10 tahun.
Baca Juga: Mitos dan Fakta Seputar Sunat Perempuan yang Wajib Kamu Tahu
4. Implan Kontrasepsi
Dalam metode ini, implan kontrasepsi yang berbentuk batang kecil nan fleksibel ditempatkan di bawah kulit bagian lengan atas perempuan dan nantinya akan melepaskan suatu bentuk hormon progesteron.
Hormon tersebut akan menghentikan ovarium melepaskan sel telur dan mengentalkan lendir serviks sehingga sperma pun akan sulit untuk masuk ke dalam rahim.
Untuk pemasangannya sendiri, membutuhkan anestesi lokal, dan penggunaan implan harus diganti setelah tiga tahun.
5. Injeksi Kontrasepsi
Injeksi kontrasepsi merupakan suntikan yang mengandung versi sintetis dari hormon progesteron.
Biasanya injeksi ini diberikan di pantat atau lengan atas perempuan, dan selama 12 minggu berikutya perlahan hormon dilepaskan ke aliran darah.
Suntikan hormon ini akan berlangsung hingga tiga bulan dan bisa sangat efektif, serta tidak akan mengganggu seks.
6. Pil Kontrasepsi Darurat atau Morning After Pil
Pil kontrasepsi darurat bisa digunakan untuk mencegah kehamilan setelah berhubungan seks jika kontrasepsi tidah digunakan.
Pil ini juga bisa digunakan jika kondom rusak saat berhubungan seks.
Diketahui morning after pil ini semakin cepat dikonsumsi maka kerjanya pun akan semakin efektif.
Baca Juga: Para Nakes Ungkap Hadapi Tekanan Saat Melihat Korban Covid-19 Berjatuhan
7. Cincin Kontrasepsi
Metode ini terdiri dari cincin plastik fleksibel yang diletakkan di vagina dan terus-menerus melepaskan hormon.
Cincin ini akan melepaskan hormon estrogen dan progesteron.
Kerja cincin kontrasepsi bisa dikatakan sama seperti pil kontrasepsi tetapi dengan dosis yang lebih rendah.
8. Diafragma
Diafragma adalah silikon kecil yang berbentuk kubah dan teksturnya lembut.
Peletakannya pun di dalam vagina dan bekerja untuk menghentikan sperma yang akan memasuki rahim.
Dalam arti lain, diafragma membentuk penghalang fisik antara sperma dan sel telur seperti kondom.
Di mana diafragma ini harus tetap berada di tempatnya setidaknya selama enam jam dan tidak lebih dari 24 jam setelah berhubungan seks.
Baca Juga: Studi Buktikan Sunat Perempuan Tak Berikan Manfaat untuk Kesehatan Seksual dan Reproduksi Perempuan
Nah, Kawan Puan selain penggunaan kedelapan alat di atas, adapun cara lain untuk mencegah kehamilan yakni sterilisasi.
Sterilisasi adalah proses menghilangkan kemampuan tubuh untuk bereproduksi alias kontrasepsi permanen.
Namun demikian, sterilisasi hanya cocok bagi orang yang yakin tidak menginginkan anak lagi. (*)