Mengenal Konsep Pengurangan Risiko, Mulai dari Masker hingga Tembakau Alternatif

Maharani Kusuma Daruwati - Rabu, 1 September 2021
Mengenal soal risiko pencegahan untuk kesehatan publik
Mengenal soal risiko pencegahan untuk kesehatan publik agingresearch.org

Produk Tembakau Alternatif

Seperti kita tahu, rokok mengandung TAR dan ribuan zat berbahaya yang dapat mengakibatkan berbagai penyakit.

TAR dan zat-zat berbahaya itu terkandung dalam asap yang dihasilkan dari proses pembakaran saat rokok dikonsumsi.

Namun, rokok sendiri juga mengandung nikotin sebagai zat adiktif yang menyebabkan berhenti merokok sulit dilakukan.
 
Melihat kesadaran masyarakat yang makin tinggi terhadap kesehatan, industri tembakau pun turut menerapkan konsep pengurangan bahaya untuk menciptakan produk tembakau alternatif, seperti produk tembakau yang dipanaskan, rokok elektrik, maupun snus.

Alasannya, produk tembakau alternatif tersebut tidak dibakar seperti rokok, melainkan dipanaskan atau ditempelkan di mulut, sehingga tidak menghasilkan asap yang berbahaya seperti rokok.

Baca Juga: Cara Dian Sastrowardoyo Beri Pengertian Anak Soal Covid-19

Contoh, produk tembakau yang dipanaskan menghasilkan uap yang tidak mengganggu kualitas udara di sekitar pengguna.
 
Menurut Public Health England, produk tembakau alternatif memiliki risiko kesehatan yang lebih rendah hingga 90-95% dibandingkan rokok sehingga dapat digunakan sebagai alternatif bagi perokok dewasa untuk mengurangi risiko dari kebiasaan merokok mereka.
 
“Orang merokok untuk mendapatkan nikotin, tetapi meninggal karena TAR,” ujar Michael Russel, pencetus konsep pengurangan bahaya pada rokok.
 
Nah, sekarang kalian sudah lebih paham apa itu harm reduction atau pengurangan bahaya.

Meski contoh di atas cukup dekat dengan keseharian masyarakat, nyatanya konsep ini masih tidak terlalu populer di Indonesia.

Yuk mulai terapkan konsep pengurangan bahaya di kehidupan sehari-hari kita agar bisa tetap saling menjaga.

Semoga bermanfaat ya!

(*)



REKOMENDASI HARI INI

Kampanye Akbar, Paslon Frederick-Nanang: Kami Sedikit Bicara, Banyak Bekerja