Menariknya lagi, para pemain mengakui bahwa Wregas memiliki metode yang unik dalam membangun karakter dalam film.
Metode andalannya adalah membuat presentasi per karakter dan meminta para pemain untuk melengkapinya.
Mereka juga tidak segan untuk mengkritisi atau memberikan tambahan yang dirasa penting untuk naskah dan karakter mereka.
"Setelah diskusi dengan Lutesha, misalnya, kita menemukan hal menarik lagi tentang karakternya. Maka, naskah ditulis bisa jadi ditulis ulang kembali," cerita Wregas.
Baca Juga: Lutesha dan Jerome Kurnia Ikut Berakting dalam Film Penyalin Cahaya Karya Wregas Bhanuteja
Selain diskusi dengan pemain, Wregas juga menghubungi aktris sekaligus aktivis perempuan Hannah Al Rashid untuk mendapatkan perspektif perempuan untuk cerita ini.
Keterbukaan dalam sebuah proses kreatif tentunya penting, apa lagi jika karya yang dibuat mengangkat topik relevan namun cukup sensitif.
Tidak heran, hasil proses tersebut menjadi karya yang luar biasa dan berprestasi bahkan di kancah internasional. (*)