Parapuan.co - Film panjang pertama sutradara Wregas Bhanuteja, Penyalin Cahaya, akan berkompetisi dan world premiere di Busan International Film Festival (BIFF) 2021.
Film produksi Rekata Studio dan Kaninga Pictures ini lahir dari pengamatan Wregas Bhanuteja atas realita tentang banyak penyintas kekerasan seksual yang tidak mendapat ketidakadilan.
Aktris Shenina Cinnamon akan tampil untuk pertama kali sebagai pemeran utama di film layar lebar.
Selain itu, Wregas juga menggandeng Chicco Kurniawan, Lutesha, Jerome Kurnia, Dea Panenda, dan Giulio Parengkuan.
Pada konferensi pers film Penyalin Cahaya, Kamis (2/9/2021), Wregas Bhanuteja dan para pemain mengungkapkan proses kreatif yang ternyata sangat terbuka.
Bagi Wregas sendiri film adalah sebuah medium komunikasi yang sering tidak disadari oleh masyarakat.
Baca Juga: Bangga! Film Penyalin Cahaya akan World Premiere dan Berkompetisi di Festival Film Busan
Makin banyak orang mendengar kita berkomunikasi, maka argumen yang ingin disampaikan melalui film akan semakin disimak dan direnungkan.
Mengangkat isu yang penting, Wregas ingin pesan perlawanan terhadap kekerasan seksual dapat digaungkan kepada penonton internasional.
Maka, kesempatan ditayangkan di festival film internasional merupakan momen yang penting untuk penyampaian pesan tersebut.
Dalam proses kreatif film ini, Wregas merasa memegang tanggung jawab yang sangat besar dalam mengutarakan kisah penyintas kekerasan seksual.
"Film ini adalah suara untuk melawan ketidakadilan yang terjadi di masyarakat kita hari ini," ucap Wregas.
Wregas harus menyuarakan para penyintas yang selama ini memendam traumanya, bahkan kepada orang terdekat.
Semua itu akibat sistem yang menyepelekan kasus kekerasan seksual, kesehatan mental, dan menolak untuk percaya korban.
Keterbukaan ternyata menjadi cara Wregas untuk memperkuat cerita yang penting ini.
Ia memperbolehkan para pemain untuk ikut membentuk karakternya masing-masing.
Menjadi seorang sutradara laki-laki yang membuat cerita tentang perempuan, tentu penting untuk melihat dunia dalam film dari perspektif perempuan.
Baca Juga: Jadi Pemeran Utama, Shenina Cinnamon Ungkap Karakter Sur di Penyalin Cahaya
Lutesha, dua pemain perempuan dalam film ini, mengaku bahwa Wregas mengajak mereka untuk berdiskusi soal karakternya.
Lutesha yang berperan sebagai Farah mengaku bahwa ia diperbolehkan untuk membangun karakternya sendiri.
"Aku ikut bikin karakter ini, dari mulai sifatnya sampai gaya berpakaiannya juga ikut aku bangun bersama dengan Wregas," ungkap Lutesha.
Memerankan karakter yang punya sifat susah ditebak, Lutesha merasa terbantu dengan proses kreatif yang terbuka ini.
Menariknya lagi, para pemain mengakui bahwa Wregas memiliki metode yang unik dalam membangun karakter dalam film.
Metode andalannya adalah membuat presentasi per karakter dan meminta para pemain untuk melengkapinya.
Mereka juga tidak segan untuk mengkritisi atau memberikan tambahan yang dirasa penting untuk naskah dan karakter mereka.
"Setelah diskusi dengan Lutesha, misalnya, kita menemukan hal menarik lagi tentang karakternya. Maka, naskah ditulis bisa jadi ditulis ulang kembali," cerita Wregas.
Baca Juga: Lutesha dan Jerome Kurnia Ikut Berakting dalam Film Penyalin Cahaya Karya Wregas Bhanuteja
Selain diskusi dengan pemain, Wregas juga menghubungi aktris sekaligus aktivis perempuan Hannah Al Rashid untuk mendapatkan perspektif perempuan untuk cerita ini.
Keterbukaan dalam sebuah proses kreatif tentunya penting, apa lagi jika karya yang dibuat mengangkat topik relevan namun cukup sensitif.
Tidak heran, hasil proses tersebut menjadi karya yang luar biasa dan berprestasi bahkan di kancah internasional. (*)