Parapuan.co - Penyanyi dan penulis lagu Halsey baru-baru ini menyinggung label rekamannya terkait produksi album terbarunya, If I Can't Have Love, I Want Power.
Halsey yang baru saja menyambut anak pertamanya, mengatakan bahwa dia harus menjalankan kehamilan dengan kondisi pekerjaan yang tidak nyaman.
Ia merasa dikelilingi oleh pejabat label rekaman seksis yang lebih mementingkan keuntungan daripada kebebasan pribadi artis mereka.
"Saya harus menelepon jajaran CEO untuk memberi tahu bahwa saya hamil dan menjamin bisnis masih berjalan seperti biasa," kata Halsey dikutip dari Variety.
Halsey yang dinaungi label Capitol Records harus menghubungi mereka bukan karena kabar bahagia terkait kehamilannya, tapi mereka mau memastikan bahwa Halsey masih produktif.
Baca Juga: Sempat Keguguran, Halsey Bagikan Kabar Bahagia Lahirkan Anak Pertama
Sebelumnya, pihak label rekaman merasa khawatir jika kehamilan Halsey akan berdampak pada keuntungan penjualan album terbarunya.
Artis berusia 29 tahun ini kemudian mengatakan bahwa labelnya menemukan bahwa banyak majalah yang tidak mau menjadikannya sampul karena kondisi kehamilannya.
"Ada kabar saat saya ingin menjadi sampul majalah untuk menyambut rilis album, mereka malah berkata, 'Tapi bukankah kamu hamil? Kami tidak ingin melakukan maternity cover,'" kata Halsey.
"Saya mengatakan bahwa ini bukan soal maternity, ini tentang karya saya saat kondisi saya kebetulan hamil," tegas Halsey lebih lanjut.
Namun pihak majalah dan label tetap berdebat apakah pembaca akan lebih fokus kepada kehamilan Halsey.
"Saya bertanya, apakah saya tidak bisa menjadi perempuan yang hamil tapi tetap mempromosikan album saya?" cerita Halsey.
Membahas tantangan yang dihadapi oleh artis perempuan di industri musik global, Halsey mengatakan dia telah belajar untuk melawan semua sistem yang seksis.
Halsey ingin mempertahankan harga dirinya sebagai perempuan yang berkarya di industri musik global.
"Saya pikir beban seorang musisi perempuan adalah kita harus bekerja dengan banyak musuh yang terus-terusan mengomentari kita," kata Halsey.
Berdasarkan pengalamannya sendiri, Halsey sering mendengar permintaan dan komentar yang menuntutnya untuk menguruskan badan atau jangan sampai wajah kelihatan keriput.
Baca Juga: Seksisme Industri Musik Global dan Cara Label Rekaman Perlakukan Musisi Perempuan
Kini Halsey menghargai setiap momen yang berarti dan membuatnya tumbuh tanpa memikirkan pendapat orang lain yang membatasinya.
"Saya ingat di album sebelumnya saya seperti dicuci dan dimanfaatkan. Saya jadi berpikir bahwa mungkin saya harus punya bayi dan memulai sebuah keluarga dan kemudian saya akan selesai menjadi diri sendiri," ungkap Halsey.
Menjadi seorang ibu dan membangun keluarga merupakan mimpi Halsey, maka ia sangat geram dengan pihak label rekaman yang membatasinya untuk berekspresi saat sedang hamil.
Di album terbarunya ini, Halsey mencoba untuk menutup telinga untuk melindungi ekspresi kreatifnya sendiri.
Dengan sangat bangga, Halsey menjadikan proses kehamilannya sebagai bagian artistik dalam album tersebut.
If I Can’t Have Love, I Want Power merupakan album Halsey yang kuat dan mengangkat narasi otoritas atas tubuhnya sendiri.
Gagasan album ini adalah Halsey sebagai perempuan yang punya kontrol penuh akan tubuhnya dan tubuh tersebut juga merupakan rumah bagi anaknya.
Halsey percaya bahwa dua gagasan tersebut dapat hidup berdampingan secara damai dan menjadi pencerahan yang menguatkan.
Baca Juga: Halsey Luncurkan Lagu Soal Bahagia dan Menyeramkannya Masa Kehamilan
"Tubuh saya telah menjadi milik dunia dalam berbagai aspek dan citra ini adalah sarana saya untuk mendapatkan kembali otonomi untuk membangun kebanggaan dan kekuatan atas tubuh sendiri," jelas Halsey.
Kini album If I Can’t Have Love, I Want Power sudah tersedia di berbagai layanan streaming musik digital untuk dinikmati oleh para pendengar setianya. (*)