Parapuan.co - Kawan Puan, kita baru saja melewati Hari Olahraga Nasional dan dunia pun sedang merayakan prestasi para atlet, termasuk atlet perempuan, di Olimpiade dan Paralimpiade Tokyo 2020.
Namun, semangat dan kemeriahan perayaan olahraga tersebut tidak dapat dirasakan oleh perempuan-perempuan di Afghanistan.
Perempuan di Afghanistan akan dilarang melakukan segala aktivitas olahraga di bawah pemerintahan baru Taliban.
Aturan tersebut secara resmi disampaikan oleh pejabat pemerintahan yang baru melalui sebuah wawancara dengan SBS Australia.
Wakil kepala komisi budaya Taliban, Ahmadullah Wasiq, mengatakan olahraga bagi perempuan dianggap tidak pantas dan tidak perlu.
Baca Juga: Sempat Dibatalkan, Dua Atlet Afghanistan Ini akan Bertanding di Paralimpiade Tokyo 2020
"Saya kira perempuan tidak boleh bermain olahraga karena perempuan tidak harus berolahraga," kata Wasiq, dikutip dari The Guardian.
"Dalam olahraga, mereka mungkin menghadapi situasi di mana wajah dan tubuh mereka tidak tertutup. Kami tidak mengizinkan wanita untuk dilihat seperti ini," lanjutnya.
Baginya, di era media ini selalu akan ada foto dan video. Kemudian orang-orang menontonnya.
Pemerintah Afghanistan yang baru tidak mengizinkan perempuan melakukan aktivitas olahraga yang membuat mereka terekspos.
Pemerintah sementara baru Taliban, yang ditarik secara eksklusif dari kelompok loyalis, secara resmi mulai bekerja pada minggu ini.
Pemerintah dipimpin kelompok garis keras yang mapan di semua pos utama dan tidak ada perempuan yang berkontribusi.
Padahal, sebelumnya Taliban telah berjanji untuk membentuk pemerintahan yang inklusif.
Departemen luar negeri Amerika Serikat menyatakan keprihatinan bahwa kabinet baru hanya mencakup Taliban, tidak ada perempuan.
Tindakan mereka kepada perempuan memiliki rekam jejak yang menyakitkan, tetapi pemerintah Amerika mengatakan bahwa mereka akan memantau terlebih dahulu.
Uni Eropa juga mengutuk pemerintah baru karena kurangnya peran perempuan, merasa mereka melanggar janji sebelumnya.
Baca Juga: Didukung Bantuan Komunitas, Sutradara Perempuan Afghanistan Berhasil Keluar dari Negaranya
"Setelah analisis awal dari nama-nama yang diumumkan, itu tidak terlihat seperti formasi inklusif dan representatif dalam hal keragaman yang kaya di Afghanistan," tegas juru bicara Uni Eropa.
"Kami berharap untuk melihat apa yang Taliban janjikan selama beberapa minggu terakhir," katanya lebih lanjut.
Isu hak-hak perempuan menjadi sorotan dunia, dengan sikap terhadap olahraga perempuan dan pemerintah yang semuanya laki-laki menjadi peringatan bahaya tersendiri.
Sementara pernyataan kebijakan yang dikeluarkan untuk mengiringi pengumuman kabinet baru berusaha menghilangkan hak perempuan.
Dalam pernyataannya, tidak ada keuntungan atau hak bagi perempuan yang disebutkan.
Pejabat di dewan olahraga kriket Afghanistan mengatakan mereka belum diberitahu secara resmi tentang nasib tim perempuannya.
Namun, program olahraga kriket dari dewan untuk anak perempuan telah ditangguhkan.
Olahragawan, termasuk pemain kriket, telah bersembunyi di berbagai tempat sejak Taliban berkuasa di tengah penarikan pasukan asing pimpinan AS bulan lalu.
Beberapa perempuan melaporkan ancaman kekerasan dari pejuang Taliban jika mereka ketahuan bermain olahraga.
Baca Juga: Batal Ikut, Bendera Afghanistan Tetap Diikutkan di Opening Ceremony Paralimpiade Tokyo 2020
Larangan olahraga untuk perempuan meningkatnya bukti bahwa sikap Taliban terhadap perempuan hampir tidak berubah sejak mereka terakhir berkuasa, meskipun ada klaim sebaliknya.
Kini, perempuan di Afganistan berharap bantuan dari pemimpin dunia untuk memastikan hak-hak mereka akan kembali diberikan sepenuhnya. (*)