Berbagai sinyal radio lain terus berkembang dan bermunculan. Nederlandsch Indische Radio Omroep Masstchapyj (NIROM) mulai berdiri di Jakarta, Bandung dan Medan.
Pada waktu itu, NIROM mendapatkan suntikan dana yang segar dari pemerintah Hindia Belanda.
Pajak kepada NIROM pun diwajibkan untuk setiap masyarakat yang mempunyai pesawat radio.
Hasilnya, radio ini tumbuh menjadi perusahaan yang besar pada masa itu.
Namun, ada juga radio Jepang yang jauh lebih berkembang dibandingkan zaman penjajahan Belanda.
Radio terebut dalam satu komando Hoso Kanri Kyoku, yang merupakan pusat radio siaran dan berkedudukan di Jakarta.
Baca Juga: Diperingati Setiap Tanggal 14 Agustus, Ini Fakta Unik dan Kegiatan di Hari Pramuka
Cabang-cabangnya yang dinamakan Hoso Kyoku terdapat di Bandung, Purwakarta, Yogyakarta, Surakarta, Semarang, Surabaya, dan Malang.
Berhentinya Hoso Kyoso pada pada tanggal 19 Agustus 1945 pasca proklamasi menjadi awal lahirnya diskusi mengenai RRI.
Rakyat Indonesia yang pernah aktif menjadi pegawai radio Jepang berkumpul dan menyadari bahwa radio ini akan menjadi sarana komunikasi yang berguna bagi Indonesia.
Delapan delegasi mantan pekerja radio Jepang berkumpul pada tanggal 11 September 1945 di Gedung Pejambon, Jakarta, untuk melahirkan Radio Republik Indonesia.
Pertemuan tersebut menjadi awal bagi perkembangan radio di Indonesia sampai pada hari ini.