Hal yang sering dipermasalahkan dalam masyarakat adalah "Perempuan bergelar akademik yang memilih menjadi ibu rumah tangga", "Ibu rumah tangga yang memilih berkarier di luar rumah", dan "Perempuan yang memilih full time menjadi ibu rumah tangga".
Sebenarnya, tidak ada yang salah dari pilihan-pilihan tersebut, karena setiap perempuan berhak menentukan pilihan dan tentunya ia tahu konsekuensi atas pilihannya.
Kawan Puan, baiknya berhentilah untuk membandingkan bahwa perempuan ini yang terbaik dan menyepelekan yang satunya.
Karena apa yang menjadi pilihan dari seorang perempuan, di baliknya ada sesuatu yang ia korbankan.
Namun, jika ternyata takdir membawa perempuan menjadi ibu rumah tangga, yang full time mengurus rumah, suami dan anak-anak di rumah.
Baca Juga: Buku BTS and Me, Activity Book Tempat ARMY Bisa Berimajinasi dan Berkreasi
Maka perempuan mesti menyadari bahwa setiap agama yang menempatkan diri perempuan di rumah bukan karena ingin menutup jalan bagi diri perempuan untuk tampil seperti laki-laki yang bebas mengejar mimpi-mimpinya, tapi karena ingin memuliakan perempuan dan menempatkannya di sebaik-baik tempat.
Berapa banyak orang yang menyepelekan pekerjaan ibu rumah tangga, dianggap pengangguran, dianggap pemalas, pekerjaan yang tidak menghasilkan pundi-pundi rupiah.
Padahal, pekerjaan yang tidak ada hentinya adalah menjadi ibu rumah tangga.
Mulai dari bangun tidur hingga tidur kembali. Pekerjaan yang kadang berulang-ulang dikerjakan, pekerjaan banyak meski tanpa digaji.