Parapuan.co – Kawan Puan, apa yang melintas di benakmu saat mendengar kata ibu rumah tangga?
Secara umum, baik laki-laki maupun perempuan diberi potensi yang sama oleh Sang Pencipta.
Namun, secara khusus, laki-laki dan perempuan memiliki perbedaan.
Jika salah dalam menyikapi peran dan potensi antara keduanya, maka tentunya akan menimbulkan kesalahpahaman yang berujung pada sebuah sikap 'merasa' tidak adil atas apa yang telah ditetapkan.
Perbedaan-perbedaan ini tentunya bukan bertujuan untuk melahirkan sebuah sikap saling membandingkan di antara keduanya.
Baca Juga: Ingin Latih Daya Imajinasi Anak? Bacakan Buku Dongeng Mancanegara Pilihan Ini
Akan tetapi jika didalami, maka akan ditemukan tujuan dari penetapan potensi serta peran laki-laki dan perempuan, yaitu untuk saling melengkapi.
Peran perempuan dalam kitab suci, lebih dominan disebutkan mengenai tugasnya sebagai seorang istri. Karena hal ini akan erat kaitannya dengan perannya dalam mendidik anak.
Menjadi ibu rumah tangga adalah aktivitas yang paling banyak dikerjakan oleh perempuan yang telah berstatus menikah.
Namun, banyak perempuan menganggap bahwa menikah dan menjadi istri sekaligus menjadi ibu adalah takdir akhir dari seorang perempuan. Sehingga, ia tidak bisa lagi mengejar mimpi dan cita-citanya, ia tidak bisa lagi belajar.
Padahal, menikah bukan langkah terakhir atas harapan-harapan yang telah dibangun.
Hal yang sering dipermasalahkan dalam masyarakat adalah "Perempuan bergelar akademik yang memilih menjadi ibu rumah tangga", "Ibu rumah tangga yang memilih berkarier di luar rumah", dan "Perempuan yang memilih full time menjadi ibu rumah tangga".
Sebenarnya, tidak ada yang salah dari pilihan-pilihan tersebut, karena setiap perempuan berhak menentukan pilihan dan tentunya ia tahu konsekuensi atas pilihannya.
Kawan Puan, baiknya berhentilah untuk membandingkan bahwa perempuan ini yang terbaik dan menyepelekan yang satunya.
Karena apa yang menjadi pilihan dari seorang perempuan, di baliknya ada sesuatu yang ia korbankan.
Namun, jika ternyata takdir membawa perempuan menjadi ibu rumah tangga, yang full time mengurus rumah, suami dan anak-anak di rumah.
Baca Juga: Buku BTS and Me, Activity Book Tempat ARMY Bisa Berimajinasi dan Berkreasi
Maka perempuan mesti menyadari bahwa setiap agama yang menempatkan diri perempuan di rumah bukan karena ingin menutup jalan bagi diri perempuan untuk tampil seperti laki-laki yang bebas mengejar mimpi-mimpinya, tapi karena ingin memuliakan perempuan dan menempatkannya di sebaik-baik tempat.
Berapa banyak orang yang menyepelekan pekerjaan ibu rumah tangga, dianggap pengangguran, dianggap pemalas, pekerjaan yang tidak menghasilkan pundi-pundi rupiah.
Padahal, pekerjaan yang tidak ada hentinya adalah menjadi ibu rumah tangga.
Mulai dari bangun tidur hingga tidur kembali. Pekerjaan yang kadang berulang-ulang dikerjakan, pekerjaan banyak meski tanpa digaji.
Tidak perlu bersedih, jika ternyata takdir membawa perempuan menyandang gelar sebagai ibu rumah tangga.
Karena banyak juga ibu-ibu yang melepaskan pekerjaan bergengsi demi menjadi ibu rumah tangga.
Banyak pula perempuan yang punya gelar pendidikan tinggi, tapi ujung-ujungnya memilih menjadi ibu rumah tangga.
Tidak perlu bersedih dan berputus asa, karena kamu tidak sendiri, banyak perempuan yang telah bertekad memilih jalan ini.
Kawan Puan ingin lebih meyakinkan diri dengan titel sarjana ibu rumah tangga? Buku Sarjana Ibu Rumah Tangga adalah pilihan yang tepat untukmu.
Di sana, Kawan Puan bisa menemukan jawaban dari Apakah menjadi ibu rumah tangga adalah takdir akhir perempuan. (*)