Walau aturan ini telah dicabut, menurut American Civil Liberties Union, mendorong terjadinya kriminalisasi ras.
Yaitu polisi yang menggunakan dalih 'celana kedodoran' untuk menargetkan, mencari dan memenjarakan orang kulit hitam.
Banyak warganet yang mengecam Balenciaga atas produknya yang dianggap rasis.
Baca Juga: Bukan Hanya Tas, Louis Vuitton hingga Hermès Juga Luncurkan Skateboard
Kendati demikian tak jarang pengguna media sosial lainnya yang menganggap desain celana tersebut tidaklah rasis, karena menurut sebagian orang gaya ini adalah hal yang sangat umum di tahun 90-an, karena kerap dikenakan oleh para petinju.
Menanggapi perdebatan tersebut, seorang profesor Studi Africana di California State University, Marquita Gammage, kepada CNN mengatakan bahwa apropriasi budaya telah menempel erat pada celana tersebut.
"Sagging attire (pakaian kendur atau kedodoran) telah menjadi konsekuensi bagi orang Afrika-Amerika," ujarnya.
"Namun perusahaan seperti Balenciaga berusaha mengkapitalisasi gaya dan budaya kulit hitam, sementara (mereka) gagal melawan rasisme sistematis yang mengkriminalisasi orang kulit hitam dan tren pakaian hitam," tambah Gammage lagi.
Ini bukan pertama kalinya Balenciaga tersandung masalah rasisme.
Pada tahun 2018, rumah mode asal Spanyol ini meminta maaf setelah sebuah video diunggah di media sosial yang menunjukkan seorang pelanggan asal Cina diserang di toko Balenciaga di Paris, Perancis.
Ini pun memicu reaksi di media sosial Cina yang mendukung boikot terhadap Balenciaga dengan tagar #BoycottBalenciagaDiscriminatesAgainstChinese, yang setidaknya sudah dilihat sebanyak 29 juta kali.(*)