5 Buku yang Membahas Quarter Life Crisis dan Cara Menghadapinya, Apa Saja?

Parapuan.co - Di rentang usia 25 hingga awal 30-an, banyak orang yang mengalami masalah quarter life crisis.

Ketidakpastian yang dirasakan pada rentang umur tersebut datang dari berbagai hal seperti jati diri, pekerjaan, pendidikan, masalah jodoh, hingga keuangan.

Gangguan kesehatan mental yang dapat terjadi akibat krisis ini adalah kecemasan berlebih sehingga bisa mengganggu kegiatan sehari-hari.

Penting untuk diingat, kamu tidak pernah sendirian. Setiap orang pasti pernah atau mengalami perasaan seperti tersesat di kehidupan ini.

Lewat buku, banyak orang yang berbagi pengalaman mereka dalam menghadapi quarter life crisis.

Maka PARAPUAN telah mengumpulkan buku-buku yang membahas masalah quarter life crisis secara keseluruhan.

Buku-buku berikut bisa membantu kita untuk tidak merasa sendirian, bahkan hingga menyelesaikan berbagai kegalauan.

Yuk, simak daftarnya!

I Am My Own Home karya Isyana Artharini

Buku I Am My Own Home Good Reads

Dalam buku ini, Isyana Artharini mendokumentasikan kesehariannya sebagai seseorang yang berada di usia 30-an.

Selain itu, ia juga mengkritisi pandangan masyarakat mengenai kesepian yang dirasakan perempuan dimana sering kali hal tersebut dicap sebagai kesengsaraan.

Sedangkan kesepian yang dirasakan laki-laki seringkali dicap sebagai aksi yang keren dan heroik.

Isyana mengajak pembaca untuk menjalani hari sebagai perempuan yang sendirian di usia cukup matang dengan berbagai tuntutan dari lingkungan.

Melalui pengembaraan, esai yang dikumpulkan dalam buku ini adalah cara untuk menciptakan kembali gagasan membangun rumah dalam diri sendiri.

Filosofi Teras karya Henry Manampiring

Buku Filosofi Teras Good Reads

Buku ini menceritakan orang-orang yang mendambakan ketenangan dalam hidup.

Orang dewasa banyak mengalami kecemasan, kekhawatiran, dan kekecewaan dalam kehidupan sehari-harinya.

Dalam buku ini, kita ditawarkan metode pengembangan diri yang berpusat pada pengaturan ekspektasi dibanding cara menghilangkan masalah.

Henry Manampiring menggambarkan realita krisis seperempat abad yang membuat kita menyadari bahwa masalah ini memang pasti akan dilewati semua orang.

Sebuah Seni untuk Bersikap Bodo Amat karya Mark Manson

Buku Sebuah Seni untuk Bersikap Bodo Amat versi Inggris Good Reads

Sering kali kecemasan muncul karena pikiran kita sendiri yang terlalu peduli dengan pendapat atau kehidupan orang lain.

Buku ini membuka pikiran kita bahwa ada hal-hal penting yang dirasa tidak perlu dipersoalkan dalam kehidupan.

Mark Manson mengajak pembaca untuk lebih pandai mengatur prioritas pikiran agar kecemasan akan pendapat dan urusan orang lain bisa berkurang lewat tiga metode khusus.

Buku ini juga mengungkap makna kehidupan bagi orang-orang yang merasa sedang berada di titik terendah dalam hidup.

Adulthood is A Myth karya Sarah Andersen

Buku Adulthood Is A Myth Good Reads

Buat yang cepat bosan dengan kisah yang hanya digambarkan lewat kata-kata, buku ini cocok untukmu.

Menampilkan ilustrasi menggemaskan, buku ini mengangkat masalah keseharian yang sederhana namun ternyata penting.

Buku ilustrasi Adulthood is A Myth mendokumentasikan kegiatan belanja online di akhir pekan yang indah dan ekspektasi yang tak tertahankan karena berpegangan tangan di jalan dengan seorang laki-laki.

Selain itu ada kisah masalah pekerjaan yang membuat kita ingin segera pulang dan tidur seharian.

Dengan kata lain, seluruh kecanggungan kehidupan dewasa dirangkum dengan apik dalam buku ini.

Letters from Stoic karya Seneca

Buku Letters to Stoic Good Reads

Letters from a Stoic merupakan kumpulan dari 124 surat yang dikirim Seneca kepada temannya Lucilius.

Buku ini membahas soal rasa cukup dalam kehidupan dan betapa pentingnya mensyukuri hidup apa adanya.

"Cukup" merupakan kebutuhan pokok untuk hidup yang terpenuhi setiap hari. Baik itu makanan, air, tempat tinggal, dan pakaian atau kepuasan batin yang kuat.

Beberapa aliran pemikiran filosofis mengajarkan bahwa untuk "cukup" kita harus melakukan pengorbanan yang luar biasa seperti menikmati penderitaan.

Sebaliknya, Stoicisme mengajarkan kita untuk melihat sisi baik dari penderitaan, mencoba mengatur emosi dengan cara sederhana, dan menikmati hidup apa adanya.

Rekomendasi buku di atas dapat membantumu menghadapi quarter life crisis. (*)