Parapuan.co - Jika mendengar kekerasan pada perempuan mungkin yang terbayang di pikiran berupa luka fisik.
Ya, kebanyakan orang beranggapan kekerasan merupakan suatu tindakan dengan unsur paksaan yang menyebabkan luka secara fisik.
Padahal tindakan penolakan dan mengabaikan seseorang atau yang biasa disebut silent treatment ternyata termasuk dalam kategori kekerasan pada perempuan, loh.
Kawan Puan mungkin pernah menghadapi pasangan atau sahabat yang saat ada masalah memilih untuk diam dan ingin sendiri dengan dalih menenangkan diri, padahal masalah belum terselesaikan.
Selain itu, cara tersebut juga dilakukan pelaku dengan alasan, diam akan lebih baik dari pada saling beradu argumen.
Namun, faktanya tindakan pengabaian ini termasuk perilaku kasar pada perempuan secara emosional.
Dalam hubungan, perlakuan diam ini terjadi saat salah satu pasangan menahan diri di tengah pertengkaran dan menolak melanjutkan diskusi dengan cara apapun.
Baca Juga: Kekerasan pada Perempuan Sebabkan Panic Attack, Mengapa Bisa Terjadi?
Dinilai sebagai kekerasan emosional
Siapa sangka tindakan pengabaian di tengah pertengkaran dengan segala alasannya yang membuat pasangan atau orang dekat merasa khawatir merupakan termasuk tindakan kekerasan pada perempuan.
Mirisnya, kebanyakan orang yang menjadi korban silent treatment ini tidak menyadari jika mereka telah mengalami kekerasan secara emosional.
Sementara sebagian pelaku dari silent treatment mampu bersikap cuek dengan tidak memberikan tanggapan berarti terhadap perasaan yang dimiliki korbannya.
Melansir dari Good Therapy, kebanyakan dari mereka beranggapan cara ini adalah yang terbaik karena untuk menjaga perasaan orang lain.
Padahal, tindakan pengabaian ini termasuk metode manipulatif, menghukum, bahkan seakan mampu mengontrol atas hidup orang lain.
Pada dasarnya mayoritas orang tentu akan mengatakan mereka begitu benci terhadap perlakuan diam jika dibanding dengan penghinaan atau teriakan.
Karena, dengan seseorang meluapkan bagaimana emosinya, setidaknya akan membuat orang di dekatnya tahu apa yang ada di pikiran pelaku silent treatment.
Selain itu, keheningan yang begitu dingin dalam sebuah hubungan hanya akan memperkuat perasaan rentan dan ketakutan pada korban.
Baca Juga: Ketahui 5 Kategori Kekerasan pada Anak yang Wajib Dihindari
Lebih lanjut lagi, tindakan pengabaian ini terkadang juga dikaitkan dengan individu yang memiliki ciri kepribadian narsistik.
Sebagaimana sebelumnya yang sudah dijelaskan, tindakan silent treatment termasuk perilaku kasar pada perempuan, sehingga pelaku dapat disebut sebagai abuser dan jika terjadi pada hubungan pasangan hal ini layak dinilai sebagai toxic relationship.
Pasalnya, masalah menjadi terus menumpuk dan berlarut-larut sehingga akan menciptakan toxic relationship, kurangnya keintiman, komunikasi semakin buruk, bahkan bisa berakhir dengan perpisahan. Tak jarang hal ini juga bisa berujung pada ghosting.
Tanda-tandanya
Melihat kebanyakan orang tidak menyadari jika dirinya telah mengalami silent treatment, terdapat tanda-tada bahwa perlakukan ini telah melewati batas ke arah kekerasan, melansir dari laman Healthline.
Salah satu tandanya adalah perlakuan silent treatment ini sering terjadi dan berlangsung dalam waktu yang lama.
Selain itu, perlakuan ini ditujukan sebagai hukuman, bukan untuk menenangkan diri dan memperbaiki hubungan.
Lebih dari itu, silent treatment ini dinilai kekerasan saat perlakuan tersebut berakhir ketika korban meminta maaf, memohon, atau bahkan hingga menyerah pada tuntutan yang diberikan.
Baca Juga: Efek Kesehatan Jangka Panjang Akibat Kekerasan Terhadap Perempuan
Dampak silent treatment
Perlakuan silent treatment ini tentu saja memberikan dampak bagi orang yang mendapatkan perlakukan tersebut.
Beberapa dampak yang dialami dapat berupa bingung atau ketakutan, marah, merasa dikucilkan, merasa tidak dihargai atau dicintai, frustasi, dan kewalahan menghadapi masalah tersebut.
Faktanya, hal tersebut hanya termasuk dampak jangka pendek, karena jika tindakan pengabaian ini telah dilakukan berulang kali maka dapat menimbulkan berbagai masalah kesehatan, loh.
Dikutip dari laman Healthline, terdapat sebuah penelitian yang menunjukkan bahwa korban akan merasa dikucilkan sehingga dapat mengurangi self-esteem dan rasa saling memiliki.
Lebih lanjut lagi, silent treatment ini dapat membuat korban merasa seperti tidak memiliki kendali atas diri sendiri.
Namun, efek ini cenderung terasa jika pelaku silent treatment merupakan seseorang yang dekat dengan korban dan menjadi tindakan pengabaiak hanya sebagai bentuk hukuman.
Menyadari tindakan silent treantment sebagai kekerasan pada perempuan, maka bagi kamu yang biasanya memperlakukan orang terdekat seperti ini setidaknya dapat secara perlahan mengurangi kebiasaan ini.
(*)