Menurut data yang disampaikan Reporters Without Borders for Press Freedom (RSF), menunjukkan banyak jurnalis perempuan yang dipaksa untuk berhenti bekerja.
RSF juga menyebut jurnalis perempuan yang tampil setelah Taliban berkuasa, mengalami pelecehan dan dihentikan begitu saja.
Hal itu juga dialami oleh seorang reporter perempuan dari kantor berita independen Pajhwok, Nahid Bashardost.
Ia dipukuli oleh anggota Taliban karena memberitakan kejadian di dekat Bandara Hamid Karzai di Kabul pada 25 Agustus lalu.
Tak hanya itu, beberapa jurnalis perempuan mengatakan kepada RSF bahwa tentara Taliban telah ditempatkan di luar tempat kerja untuk menghentikan mereka melakukan pelaporan lapangan.
Baca juga: Taliban Buka Sekolah di Afghanistan untuk Laki-Laki, Perempuan Masih Dilarang
Tentara Taliban tersebut menyuruh mereka tinggal di rumah karena mereka adalah perempuan.
"Anda adalah stasiun radio milik pribadi. Anda dapat melanjutkan, tetapi tanpa suara wanita dan tanpa musik," curhat salah satu pemilik stasiun radio di Afghanistan kepada RSF.
Diketahui beberapa jurnalis perempuan telah meninggalkan Afghanistan, salah satunya Beheshta Arghand, yang membuat sejarah dengan mewawancarai perwakilan Taliban Mawlawi Abdulhaq Hemad secara langsung di stasiun TV lokal TOLO News.
Sebelumnya, pada bulan Agustus lalu, Taliban berjanji akan menghormati kebebasan pers dan bahwa perempuan akan dapat segera kembali bekerja, tetapi RSF mengatakan belum ada tindakan sesuai dengan yang dijanjikan. (*)