4. Kurangnya Batas
Pasangan suami istri yang terbiasa dengan perilaku kasar umumnya meyakini bahwa ikatan yang terjalin di antara tidak dapat dipatahkan.
Jauh dari kata romantis, hal tersebut justru cenderung membuat tidak adanya batasan di antara keduanya.
Meski sudah bersatu dalam ikatan pernikahan, masing-masing individu harus tetap memiliki batasan satu sama lain.
Sayangnya, hal tersebut tidak terjadi pada pasangan pernikahan yang penuh dengan tindakan tidak menyenangkan.
Sebab tidak ada batasan di antara keduanya, satu sama lain akan mudah untuk menyalahgunakan pasangan dan mentolerir adanya tindakan kekerasan.
5. Kurang Empati
Bicara kekerasan sepertinya tidak lengkap jika tidak mengatakan bahwa hal tersebut terjadi salah satunya karena minim empati dari pelaku.
Pelaku menyaksikan sendiri bagaimana keterbatasan serta kelemahan yang dimiliki korban.
Alih-alih menunjukkan sikap empati, pelaku justru berpikir bahwa hal tersebut menunjukkan kekuatannya untuk mengendalikan orang lain.
Menjalani kehidupan pernikahan memang tidak mudah, tentu ada begitu banyak cobaan dan rintangan yang dihadapi.
Tetapi, menghadapi ujian dalam pernikahan tidak dengan melakukan kekerasan pada perempuan untuk menyelesaikannya.
(*)
Baca Juga: Kekerasan pada Perempuan Sebabkan Panic Attack, Mengapa Bisa Terjadi?