Parapuan.co - Tri Mumpuni merupakan alumnus IPB (Institut Pertanian Bogor) yang dijuluki sebagai 'wanita listrik' ini telah berhasil membangun pembangkit listrik tenaga mikro hidroelektronik.
Pembangkit listrik tenaga mikro hidroelektronik tersebut ada di 65 desa yang tersebar di Indonesia.
Saat ini, Tri Mumpuni menjabat sebagai Direktur Eksekutif Inisiatif Bisnis dan Ekonomi Kerakyatan (IBEKA).
Tak heran bila Tri Mumpuni masih ke dalam daftar The World’s 500 Most Influential Muslim 2021 dikeluarkan oleh The Royal Islamic Strategic Studies Centre beberapa waktu lalu.
Dalam rilis yang diterima PARAPUAN, pada acara Talkshow dan Webinar yang digelar oleh Professional Women’s Week 2021, pada Selasa (21/92021) di sesi pertama bertajuk Menolong Sesama Melalui Wirausaha, Tri Mumpuni menitik beratkan pada dukungan terhadap pemberdayaan perempuan.
Dukungan terhadap permberdayaan pemberdayaan perempuan yang dilakukannya melalui ketersediaan fasilitas dasar bagi mereka untuk mengembangkan diri.
Baca Juga: Franka Soeria, Orang di Balik Berkembangnya Modest Fashion Indonesia
Menurutnya, teknologi memudahkan perempuan. Contohnya yakni kemudahan memperoleh air bersih dan listrik berbasis energi terbarukan.
"Sehingga pada saat membuat minyak nilam, tak perlu menebang pohon dan untuk membersihkan, airnya selalu ada. Intinya saat mereka mau melakukan sesuatu, modal dasarnya sudah ada,” ungkap Tri Mumpuni.
Menurut Puni, begitu sosok perempuan kelahiran Semarang, 6 Agustus 1964 ini akrab disapa, pemberdayaan masyarakat akan berhasil apabila keterlibatan mereka tidak sekedar sebagai subjek belaka.
Namun seharusnya masyarakat harus terlibat aktif.
Sebagai ibu tiga anak, ia memberi contoh konkrit yang terjadi di IBEKA, di mana masyarakat terlibat langsung dalam program penyediaan fasilitas umum yang mereka butuhkan.
Beberapa program yang sudah dilakukan IBEKA menunjukkan bahwa keterlibatan semua warga, kerja sama dan gotong royong akan menjadi kunci sukses suatu program pemberdayaan di wilayah terpencil.
Puni mengungkapkan bahwa jika semua terlibat maka semua akan merasa memiliki. Apalagi jika ada kaum perempuan, yang umumnya secara budaya memiliki porsi besar dalam kehidupan sehari-hari.
Sementara itu, Puni sudah 30 tahun keluar masuk desa untuk sebuah tujuan membangun desa.
Passion ini ia peroleh dari sang Ibu yang juga aktif sebagai socioprenenur.
Ia terinspirasi dari sang ibu yang menurutnya sungguh luar biasa.
Walau sibuk dengan mengurus delapan orang anak, sang ibu masih meluangkan waktu untuk berkeliling kampung guna memberikan kursus membaca, membantu masyarakat membersihkan koreng-koreng.
Baca Juga: Sosok Evita Chu, Desainer asal Indonesia yang Buat Baju untuk Michelle Obama dan Jenie Blackpink
Tak hanya itu, ibunya juga mengajarkan masyarakat bagaimana cara membasmi kutu di rambut anak-anak di pedesaan.
Puni juga kerap diajak Ibu terjun ke desa-desa, dan menjadi sebuah kenikmatan baginya setiap saat dapat memberi berkah pada orang lain.
Ia percaya jika memudahkan orang lain, maka Tuhan pun akan memudahkan urusannya.
"Kata ibu saya, Allah itu menciptakan lebih banyak kaum dhuafa dibanding orang yang lebih berkemampuan. Hal ini adalah sinyal dari Allah bahwa kita harus memperhatikan kaum dhuafa, dengan begitu pintu rejeki akan terbuka," ujar Puni.
Semangat berbagi ini turut ditularkan Puni melalui program Patriot Desa yang dijalankan bersama pemerintah Provinsi Jawa Barat. Dalam hal ini Puni mengajak para sarjana Teknik terjun ke desa-desa membantu masyarakat di desa.(*)