Parapuan.co - Fobia komitmen dikenal juga sebagai masalah komitmen, kecemasan hubungan, atau ketakutan akan komitmen.
Fobia komitmen terjadi ketika seseorang merasa sulit untuk mendedikasikan diri pada tujuan jangka panjang dalam suatu hubungan atau hubungan itu sendiri.
Kondisi ini dapat berlaku untuk mereka yang sudah menjalin hubungan intim atau mereka yang sedang lajang dan mengenal seseorang dalam fase berkencan.
Bagi mereka yang menjalin hubungan, masalah komitmen mungkin terlihat seperti pasangan yang menolak kesempatan untuk beralih ke status yang lebih tinggi dalam hubungan.
Baca Juga: Selain Jujur, Ini 5 Tips Jalin Hubungan Jarak Jauh Tanpa Drama
Tanda-Tanda Fobia Komitmen
Melansir Mindbodygreen, masalah komitmen bisa menjadi kompleks dan rumit, akan tetapi kamu tetap bisa mengenalinya melalui tanda-tanda dalam dirimu sendiri atau orang lain, meliputi:
Meskipun masalah komitmen bisa menjadi kompleks, berikut adalah beberapa tanda untuk membantu Anda mengenalinya dalam diri Anda atau orang lain:
- Menghindari membuat rencana masa depan dengan pasangan
- Menghindari berbicara atau memikirkan masa depan hubungan
- Hubungan serius atau jangka panjang hampir tidak mungkin
- Kurangnya keterikatan emosional
- Respons yang tertunda untuk panggilan dan teks (slow response)
- Perilaku tidak stabil atau tidak konsisten
- Mempermasalahkan hal-hal kecil
- Komunikasi yang buruk
Apa yang menyebabkan seseorang memiliki fobia komitmen?
Setiap orang yang memiliki fobia komitmen memliki alasan yang berbeda-beda sebagai pemicunya.
Beberapa orang dengan fobia komitmen telah mengalami hubungan romantis yang buruk secara langsung atau telah mengamati orang lain dalam hubungan yang buruk.
Berikut adalah beberapa kemungkinan penyebab masalah komitmen:
1. Takut hubungan berakhir tanpa pemberitahuan
Jika seseorang pernah mengalami hal ini di masa lalu, mereka mungkin lebih berhati-hati untuk melangkah maju dalam hubungan baru.
Mereka mungkin takut peristiwa tersebut akan terjadi lagi, yaitu tiba-tiba meninggalkan mereka tanpa pemberitahuan.
Baca Juga: Cemburu pada Pasangan? Tenangkan Pikiran, Atasi dengan 4 Cara Ini
2. Takut tidak berada dalam hubungan yang benar
Seseorang mungkin khawatir jika orang lain yang bersamanya saat ini bukan cinta sejatinya atau bukan yang dicari selama ini.
Banyak orang yang bertahan dalam hubungan karena alasan seperti uang, anak-anak, seks, atau kenyamanan, sehingga mereka tidak berkomitmen pada tingkat yang lebih tinggi.
3. Takut berada dalam hubungan yang tidak sehat
Kondisi ini mungkin terjadi pada seseorang yang pernah berada dalam hubungan yang tidak sehat di masa lalu, seperti pengabaian, perselingkuhan, pelecehan, atau dinamika menyakitkan lainnya.
Sehingga, orang tersebut enggan untuk menjalin komitmen yang seriusa karena ketakutan di masa lalu.
4. Masalah kepercayaan (trust issues)
Tumbuhnya masalah kepercayaan pada diri seseorang bisa disebabkan oleh luka masa lalu yang dibuat oleh orang-orang terdekatnya.
Ketika seseorang yang dekat denganmu merusak kepercayaanmu, hal ini akan mencegahmu untuk mempercayai orang lain lagi, termasuk pasangan.
5. Kebutuhan masa kanak-kanak yang tidak terpenuhi
Prinsip menjadi orang tua adalah menerima dan mencintai anaknya tanpa syarat, apabila kebutuhan ini tidak terpenuhi akan mengakibatkan masalah keterikatan.
Contohnya, banyak yang tidak mendapatkan cinta, perlindungan, keamanan, dan perawatan yang mereka butuhkan sebagai anak-anak.
Alhasil, mereka tumbuh dengan memproyeksikan kebutuhan yang tidak terpenuhi itu dalam hubungan romantis.
Baca Juga: Terpaut Jauh dengan Pasangan, Ini Manfaat Perbedaan Usia dalam Pernikahan
Fobia komitmen bukanlah sesuatu yang bisa kamu selesaikan dalam semalam. Mengatasi masalah komitmen harus disengaja agar kemajuan dapat dicapai.
Dalam beberapa kasus, fobia komitmen bahkan menjadi perjalanan seumur hidup, tergantung pada akar penyebabnya.
Kuncinya, sama seperti masalah lainnya yaitu mengakuinya. Berhentilah lari darinya, dan usahakan untuk berjuang menghadapinya.
Kamu tidak sendirian, bicarakan kepada seseorang yang kamu percayai untuk membantu, termasuk pasangan, keluarga, sahabat, atau psikolog dan psikiater agar kamu bisa menghadapinya dengan baik.