Parapuan.co - Kekerasan pada perempuan sering kali identik dengan perilaku fisik yang menimbulkan bekas luka.
Di sisi lain terdapat tindak kekerasan emosional yang tidak terlihat lukanya secara fisik, namun membekas pada kondisi psikologis seseorang.
Mirisnya, pelaku sering kali tidak menyadari bahwa apa yang dilakukannya termasuk bentuk kekerasan secara emosional.
Pasalnya, tidak ada bekas luka yang terlihat secara fisik, namun mampu melibatkan pikiran negatif yang pada akhirnya berdampak pada psikis korban.
Di sisi lain, banyak korban juga yang tidak menyadari bahwa apa yang ia alami termasuk tindak kekerasan pada perempuan secara emosional.
Salah satu bentuk kekerasan pada perempuan ini umumnya terjadi dalam hubungan pacaran, dan yang menjadi korban tindakan ini menyalahartikan perilaku negatif pelaku sebagai bentuk perhatian dan ungkapan rasa sayang dari pasangan.
Mengapa Kekerasan Emosional Sulit Diidentifikasi?
Seperti yang sudah disampaikan sebelumnya, kebanyakan korban menyalahartikan tindakan pelaku.
Karena, sulit untuk mengetahui apakah masalah hubungan yang dijalaninya tergolong normal atau justru pelaku bertindak manipulatif.
"Jika seseorang melakukan kekerasan secara fisik, itu terang-terangan dan jelas," kata Dr. Sherry Benton, founder and chief science officer of TAO Connect.
"Sementara, hubungan yang kasar secara emosional akan lebih halus," lanjutnya.
Benton menyampaikan, kebanyakan hubungan ini dimulai dengan sangat baik sebelum adanya masalah.
Seiring berjalannya waktu, saat kondisi semakin memburuk perilaku kasar pada perempuan ini pun semakin sering dilakukan dan korban pun mulai beradaptasi pada pola hubungan negatif ini.
Alhasil, akan menjadi sulit bagi korban untuk mengidentifikasi bahwa itu termasuk kekerasan secara emosional.
Baca Juga: Terjadi Kekerasan pada Perempuan, 5 Tips Keluar dari Abusive Relationship
Tanda Kekerasan Emosional
Kekerasan secara emosional ini biasanya terjadi saat dalam hubungan terdapat salah satu di antaranya yang berlaku dominan bahkan berupaya mengendalikan yang lainnya.
Benton mengungkap untuk menilai perilaku pasangan termasuk kekerasan pada perempuan emosional terdapat tanda yang bisa mendefinisikannya seperti yang disebutkan oleh Dr. John Gottman dari The Gottman Institute, dilansir dari laman Brides.
1. Kontrol
Dalam hal ini, tanpa disadari pasangan telah terlalu banyak ikut campur dalah kehidupan sosial kamu dengan mengawasi rutinitas sehari-hari.
Lebih dari itu, kamu pun kehilangan kebebasan atas pilihan hidup yang sudah sewajarnya kamu yang menentukan.
2. Berteriak
Menormalisasi saat pasangan meninggikan suara, padahal perilaku tersebut tidak sepatutnya dilakukan.
Apalagi, jika pasangan melakukannya saat ia tau kamu ketakutan.
Teriakan tidak hanya membuat percakapan yang produktif menjadi hampir mustahil, tetapi juga menciptakan ketidakseimbangan kekuatan, karena hanya orang yang suaranya paling keras yang terdengar.
Baca Juga: Pemicu Terjadinya Kekerasan pada Perempuan dalam Rumah Tangga
3. Penghinaan
Ketika salah satu pasangan merasa jijik terhadap yang lain, tentu akan tidak mudah bagi yang lainnya untuk mengungkapkan perasaan mereka.
Benton mencatat bahwa dalam hubungan yang sehat, tentu pasangan akan mendengarkan dan menghormati apapun yang kamu lakukan, termasuk suatu hal yang mungkin mereka tidak bisa berikan.
Namun, jika pasangan justru menanggapi kebutuhan kamu dengan ungkapan yang kasar, arogan, bahkan jijik, maka hal ini tergolong penghinaan dan tindakan tersebut termasuk perilaku kasar pada perempuan.
4. Berlaku Defensif secara Berlebihan
Mungkin kamu menjumpai pasangan kamu terus berlaku defensif, hal ini tentu saja tidak wajar.
Dalam hubungan, penting untuk kedua belah pihak bisa berbicara secara terbuka dan jujur dengan satu sama lain untuk menyelesaikan masalah.
Karena, perilaku defensif yang berlebihan, kata Benton, akan membuat kamu merasa berada dalam pertempuran di mana perisai selalu berada di atas.
5. Ancaman
Untuk bagian ini tentu Kawan Puan sudah memahaminya, beragam bentuk ancaman yang dilakukan oleh pasangan maka tergolong sebagai tindak kekerasan.
Seperti, pernyataan koersif "jika, maka" dapat mencakup pemerasan, ancaman cedera fisik atau bunuh diri, atau pernyataan mengintimidasi lainnya.
Ungkapan tersebut disampaikan dengan tujuan yakni untuk memojokkan korban, termasuk sebagai upaya untuk mencegah korban pergi.
6. Stonewalling
Benton mengatakan, stonewalling terjadi ketika salah satu pasangan menolak untuk berbicara atau berkomunikasi.
Kawan Puan mungkin pernah berada di kondisi di mana pasangan tiba-tiba menutup percakapan begitu saja, tentu hal ini akan terasa seperti ditinggalkan.
Penolakan yang dilakukan pasangan saat mendiskusikan masalah ini dinilai sebagai penolakan atau kurangnya perhatian terhadap perasaan kamu.
7. Menyalahkan
Kejadian sepertinya sudah sering terjadi ya, Kawan Puan.
Di mana, korban justru dibuat merasa bersalah karena dinilai menjadi problem maker, sehingga pantas untuk mendapatkan tindakan kekerasan hingga pelecehan.
Hal ini dapat diperparah oleh rasa malu yang dirasakan korban karena membiarkan pelecehan yang mereka alami berlanjut.
8. Gaslighting
Suatu bentuk manipulasi psikologis, gaslighting menyebabkan korban meragukan ingatan, penilaian, dan kewarasan mereka.
Jika kamu mengalami kekhawatiran pada diri sendiri dan bahkan ingatan, serta sering dianggap "salah", "bodoh", atau "gila", hal ini mungkin tanda kamu mengalami gaslighting.
9. Isolasi
Kekerasan secara emosional ini dapat semakin meluas, yakni hingga mempengaruhi semua bidang kehidupan korban.
Salah satu yang paling menonjol adalah hubungan korban dengan teman dan keluarga yang menjadi berantakan.
Lantaran, pelaku sering kali meyakinkan korban bahwa tidak ada yang peduli selain dirinya.
Tindakan ini pun menyebabkan korban merasa seperti berada di sebuah pulau, terpisah dari orang yang dicintai dan versi masa lalu dari diri mereka sendiri.
10. Volatilitas
Jika suatu hubungan terus-menerus terganggu oleh perubahan suasana hati, itu bisa menandakan adanya tindakan kekerasan emosional dalam hubungan.
Banyak orang mengalami pasang surut secara alami, tetapi hal ini menjadi masalah ketika itu merugikan pasangannya.
Umumnya, pelaku kekerasan akan menghujani korbannya dengan hadiah dan kasih sayang setelah tindakan kekerasan yang ia lakukan, dan tak lama emosinya pun akan kembali meledak.
Jika, Kawan Puan dirasa mengalami tanda-tanda yang sudah disebutkan sebelumnya, bisa jadi kamu adalah korban dari kekerasan pada perempuan, hati-hati ya!
Baca Juga: Dating Violence, Kekerasan pada Perempuan dalam Hubungan Pacaran
(*)