Parapuan.co - Kawan Puan, wajib sekali diketahui kalau penyakit kardiovaskular itu masih menjadi momok.
Sebab, penyakit kardiovaskular merupakakn penyebab kematian nomor satu di seluruh dunia.
Berdasarkan siaran pers yang PARAPUAN , Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI pada Senin (27/09/2021), menuliskan data organisasi kesehatan dunia (WHO), menyebutkan lebih dari 17 juta orang di dunia meninggal akibat penyakit jantung dan pembuluh darah.
Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018, angka kejadian penyakit jantung dan pembuluh darah semakin meningkat dari tahun ke tahun.
Baca Juga: Jangan Disepelekan, Ini 7 Pemicu Serangan Jantung Tak Terduga
Di mana setidaknya, 15 dari 1000 orang, atau saat ini terdapat 4,2 juta orang yang menderita penyakit kardiovaskular, dan 2.784.064 diantaranya menderita penyakit jantung.
Tak hanya itu saja, tertulis juga data dari Institute for Health Metrics and Evaluation (IHME) melaporkan 14,4 persen sebab kematian di Indonesia adalah penyakit jantung koroner.
Disampaikan oleh DR. dr. Isman Firdaus Sp.JP (K), FIHA, FAPSIC, FAsCC, FESC, FACC, FSCAI selaku Ketua Umum PERKI, Pandemi Covid-19 yang berlangsung sejak akhir tahun 2019 menjadi kekhawatiran tersendiri bagi orang dengan penyakit jantung.
Hal ini terjadi mengingat paparan infeksi apapun termasuk infeksi Covid-19 dapat mencetuskan perburukan dari penyakit kardiovaskular.
Seperti terjadinya kekambuhan penyakit jantung koroner atau gagal jantung menahun, bahkan lebih mudah terjadi kematian pada pasien Covid-19 yang memiliki penyakit jantung dibandingkan tanpa penyakit jantung.
Selanjutnya adapun laporan rata-rata rumah sakit (RS) selama masa pandemi yang menunjukkan bahwa 16,3 persen pasien yang dirawat dari ruang isolasi Covid-19 ternyata mempunyai penyakit bawaan (komorbid) atau koinsiden penyakit kardiovaskular.
Baca Juga: Jaga Kesehatan Seksual dan Reproduksi Perempuan dengan Perhatikan Aturan Pakai Menstrual Cup
Jika dibandingkan sebelum pandemi dilaporkan bahwa laju rerata mortalitas di RS akibat serangan jantung adalah 8 persen, namun di masa pandemi, angka ini dilaporkan meningkat hingga 22-23 persen.
Dalam rangka menyambut Hari Jantung Sedunia pada 29 September, PERKI pun memaparkan cara pencegahan dan penanggulangan penyakit kardiovaskular untuk orang sehat maupun orang dengan penyakit jantung di masa pandemi, yakni:
- Menghindari merokok dan asap rokok terutama di masa pandemi ini.
- Menjaga kebersihan diri dan lingkungan serta menerapkan protokol kesehatan jaga jarak, memakai masker, jaga kebersihan tangan, membatasi mobilitas, dan menghindari makan bersama banyak orang.
- Segera melakukan vaksinasi dengan sebelumnya terlebih dahulu berkonsultasi dan memperoleh rekomendasi dokter.
- Gunakan fasilitas telekonsultasi yang banyak disediakan oleh Rumah Sakit maupun klinik kesehatan.
- Tetap memiliki kesadaran dan aktif mempraktikkan kebiasaan dan budaya sehat jantung seperti tetap beraktifitas fisik secara teratur sesuai dengan kemampuan kerja jantung dan tubuh.
- Pada orang dengan penyakit jantung atau risikonya, sebelum berolahraga sebaiknya konsultasikan terlebih dahulu jenis olahraga apa yang tepat sehingga tidak membebani kerja jantung.
- Konsumsi makanan tinggi serat dan kurangi konsumsi gula, garam dan lemak.
- Bagi orang dengan penyakit jantung, riwayat penyakit jantung, ataupun risikonya, perlu memperhatikan dan mematuhi jadwal obat rutin untuk pencegahan sekunder.
- Berbagai spektrum penyakit kardiovaskular seperti gagal jantung, penyakit jantung rematik, hipertensi, gangguan katup jantung, dan gangguan irama jantungl. Selain itu penyakit jantung pada anak harus dipantau dan dikendalikan sebaik mungkin dengan senantiasa berkonsultasi kepada dokter spesialis jantung dan pembuluh darah agar kondisi jantung tetap stabil dan penderita bisa beraktifitas dengan baik.
Baca Juga: Hati-hati! Ini 5 Orang yang Berisiko Terkena Penyakit Jantung
Dr. dr. Dafsah Arifa Juzar, Sp.JP(K), Sekjen Pengurus Pusat PERKI juga berpesan bahwa penting utnuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang penyakit jantung, jadi tidak hanya diri sendiri, tetapi orang-orang di sekitar Kawan Puan juga harus sadar.
"Menurunkan beban penyakit kardiovaskular di Indonesia tidak hanya tugas salah satu atau beberapa pihak, namun peran semua lapisan masyarakat (pasien, dokter, keluarga pasien, organisasi swadaya masyarakat, organisasi profesi dan pemerintah),” tutup dr. Dafsah. (*)