Parapuan.co - Pandemi membawa banyak dampak dalam kehidupan kita. Termasuk salah satunya akses perempuan ke kontrasepsi.
Data terbaru dari United Nations Population Fund (UNFPA) pada bulan Maret 2021 mengungkapkan bahwa ada hampir 12 juta perempuan yang kehilangan akses ke kontrasepsi.
Hilangnya akses perempuan ke kontrasepsi disebabkan oleh gangguan yang diakibatkan pandemi.
Alhasil, hal tersebut menyebabkan terjadinya 1,4 juta kehamilan yang tidak diinginkan.
Kehamilan tidak diinginkan ini pun bukan hanya pada pasangan belum menikah, tapi juga yang sudah menikah.
Baca Juga: Mengenal 4 Jenis dan Alat Kontrasepsi Non-Hormonal Selain Kondom
Kalis Mardiasih, salah seorang aktivis perempuan di Indonesia mengatakan bahwa kehamilan tidak diinginkan selalu dihubungkan dengan yang belum menikah, padahal pada pasangan yang sudah menikah lebih tinggi.
"Di Indonesia, ibarat kalau ada 100 kehamilan, 17 kehamilan mengaku tak direncanakan. Ya kita tahu, pasangan usia subur nikah tanpa edukasi juga banyak," tulis Kalis dalam unggahan Twitter-nya.
Kalo ngomongin KTD sering banget dihubungkan sama yang belum menikah. Padahal angka KTD pasangan sudah menikah lebih tinggi. Di Indonesia, ibarat kalau ada 100 kehamilan, 17 kehamilan mengaku tak direncanakan ????. Ya kita tahu,pasangan usia subur nikah tanpa edukasi juga banyak ????
— Kalis Mardiasih (@mardiasih) September 28, 2021
Kalis pun mengungkap apa saja dampak buruk kehamilan yang tidak direncanakan, mulai dari tubuh perempuan kaget karena hamil tanpa persiapan, hingga persoalan kesehatan, sosial dan ekonomi pasca melahirkan.
Beberapa orang perempuan Indonesia dalam unggahan Kalis Mardiasih pun membagikan ceritanya tentang kehamilan tidak direncanakan ini.