Kemudian, dokter juga akan mencari tahu mengenai riwayat kesehatan keluarga dan pribadi.
Sebab, genetika berperan dalam beberapa penyakit jantung.
Selain itu, juga dilakukan tes darah untuk melihat kadar kolesterol dan mencari apakah ada tanda-tanda peradangan atau tidak.
Baca Juga: PERKI Paparkan Cara Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Kardiovaskular di Masa Pandemi
Tes non-invasif
Adapun berbagai tes non-invasif yang dapat digunakan untuk mendiagnosis penyakit jantung, yakni:
- Elektrokardiogram (EKG) tes ini dapat memantau aktivitas listrik jantung dan membantu dokter menemukan penyimpangan pada jantung.
- Ekokardiogram, merupakan tes ultrasound yang dapat memberi dokter gambaran dekat tentang struktur jantung.
- Tes stres, tes ini dilakukan saat kamu menyelesaikan aktivitas berat, seperti berjalan, berlari, atau mengendarai sepeda stasioner. Selama tes, dokter akan memantau aktivitas jantung sebagai respons terhadap perubahan aktivitas fisik.
- USG karotis, tujuannya untuk mendapatkan ultrasonografi terperinci dari arteri karotis
- Holter monitor, di mana dokter mungkin akan memintamu untuk memakai monitor detak jantung selama 24 hingga 48 jam. Hal ini memungkinkan dokter untuk mendapatkan pandangan yang lebih luas dari aktivitas jantung.
- Tilt table test, jika kamu baru saja mengalami pingsan atau sakit kepala ringan saat berdiri atau duduk, dokter akan melakukan tilt table test. Selama dilakukan tes, kamu akan diikat ke meja dan perlahan-lahan dinaikkan atau diturunkan untuk memantau detak jantung, tekanan darah, dan kadar oksigen.
- CT-scan adalah tes pencitraan ini memberi dokter gambaran sinar-X yang sangat rinci tentang jantung.
- MRI Jantung, sama seperti CT-scan, MRI jantung dapat memberikan gambaran yang sangat rinci tentang jantung dan pembuluh darah.