Mengenal Adi Utarini, Ilmuwan Perempuan Indonesia yang Diakui Dunia

Tentry Yudvi Dian Utami - Sabtu, 16 Oktober 2021
Adi Utarini, perempuan Indonesia masuk ke dalam 100 Most Influential People 2021 versi majalah Time.
Adi Utarini, perempuan Indonesia masuk ke dalam 100 Most Influential People 2021 versi majalah Time. TIME/ED WRAY

Guru Besar Perempuan di UGM

Setelah memutuskan untuk jadi dosen, Uut rupanya tak pernah berhenti untuk belajar dan menempuh pendidikan tinggi.

Walaupun, perempuan yang menempuh pendidikan tinggi di zamannya tidaklah banyak. Tapi, itu bukan masalah besar, apalagi orangtuanya selalu memberikan kesempatan belajar yang setara untuknya.

"Tapi, saya beruntung saya dibesarkan dengan situasi keluarga dengan ayah dan ibu saya kesempatan yang sama," jelasnya.

Uut pun sangat menyukai pendidikan. Dia bahkan sekarang sudah punya gelar Professor dan juga sudah menjadi guru besar di UGM.

"Akan tetapi, jenjang akademik dosen itu, dosen sudah banyak perempuan. Sampai saya ke guru besar, semakin berkurang proposi perempuan berkurang," jelasnya. 

Namun, perjalanan Uut mendapatkan gelar guru besar bukanlah hal mudah, terlebih ibu satu anak ini merasa kalau perempuan sering kali terhalang untuk mengemukakan pendapat di publik.

Baca Juga: Kisah Tyas Murtiningsih, Atlet Perempuan Pencetak Rekor Baru di PON XX Papua 2021

"Saya kadang-kadang mau berpendapat itu, kayak ada sesuatu terhalang. Alamiahnya, masih ada rasa itu untuk perempuan," lanjutnya.

Namun, Uut tak menyerah, karena menurutnya kalau tidak ada yang mencoba, maka perubahan itu pun tidak ada. 

Meskipun sepanjang perjalanan karier-nya, Uut sering dianggap sebelah mata, karena dirinya perempuan. Itu juga tidak menyulutkan semangat Uut untuk memberikan manfaat untuk orang lain.

Uut memang sudah lama tertarik dengan penyakit menular, itu juga yang dia tekuni ketika menempuh pendidikan S3 di Umea University Sweden in 2002.

Dia tetarik dengan penyakit menular, lantaran banyak orang tidak peduli dengan penyakit ini. 

"Penyakit demam berdarah ini menarik, karena enggak banyak yang peduli. Orang lebih peduli, gigi, HIV, dan malaria, sangat menarik dari pendanaan. 

Saya tertarik dengan penyakit menular, pendidikan S3 saat itu mengambil topik malaria. Habis itu, TBC, kemudian memulai masuk ke demam berdarah," jelasnya.

Setelah lulus, Uut juga menekuni penyakit demam berdarah, yang menurutnya sering membuat kepanikan musiman sehingga memang perlu diatasi. 



REKOMENDASI HARI INI

Representasi Karakter Perempuan dalam Game, Inklusivitas atau Eksploitasi?