Parapuan.co- Kawan Puan, penyakit jantung menjadi salah satu penyebab kematian terbanyak di Indonesia.
Seperti yang dilansir kompas.com pada tahun 2011, Indonesia hanya memiliki 493 dokter spesialis jantung untuk melayani 240 juta lebih penduduk.
Dokter spesialis jantung hanya ada di kota-kota besar. Jika ada di kota kecil, jumlahnya sangat minim sekali.
"Misalnya saja yang terjadi di Nusa Tenggara Timur, hanya ada satu ahli jantung untuk melayani delapan juta penduduk," kata dr Anna Ulfah Rahajoe, SpJP (K) dari Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (Perki).
Hal itu juga dibenarkan oleh dr Poppy S Roebiono, SpJP (K) dari RS Jantung Harapan Kita Jakarta saat acara press conference Annual Scientific Meeting Indonesian Heart Association ke-20 di Jakarta pada Jumat (25/3/2010) lalu.
Baca juga: Mengenal Spesialisasi Dokter Gigi, Mulai yang Pasang Behel hingga Implan
"Di Indonesia hanya ada 45 dokter jantung pediatri dan sebagian besar berada di Jakarta," ujar dr Poppy.
Salah satu penyebab kelangkaan dokter spesialis jantung ialah keterbatasan tenaga dosen kedokteran yang mengajar spesialisasi penyakit kardiovaskular.
Karena hal itu, jumlah calon dokter yang berminat ambil spesialis jantung dibatasi.
"Peminatnya memang banyak, tapi kapasitasnya tiap angkatan hanya 12 orang. Karena itu hanya segelintir orang yang dipilih," katanya.
Sebelumnya, Perki sempat menargetkan 1.000 ahli jantung pada tahun 2020 lalu.
Perki bahkan telah meresmikan penambahan pusat pendidikan kardiologis dari 2 menjadi 12 tempat.
Pusat-pusat pendidikan tersebut di bawah fakultas kedokteran yang tersebar di berbagai daerah.
Selain ingin meningkatkan sumber daya manusia, Kementerian Kesehatan juga diminta meningkatkan kebutuhan sarana dan prasarana di rumah sakit.
Baca juga: Mau Jadi Dokter Spesialis Jantung, Ini Jenjang Pendidikan dan Biayanya
"Para ahli jantung yang bersedia bekerja di RSUD kabupaten juga perlu dilengkapi minimal dengan mesin elektrokardiografi, treadmill, dan echocardiografi yang memadai," kata dr Anna.
Menurut dr Anna, sudah banyak dokter yang mau bekerja di daerah namun akhirnya kembali ke Jakarta karena gaji yang lebih menggiurkan dan peralatan yang lengkap.
Nah, Kawan Puan, apakah kamu tertarik bercita-cita menjadi seorang dokter spesialis jantung? (*)