Maka, perempuan kelahiran tahun 1994 ini terus berjuang dan mengumpulkan pundi-pundi rupiah untuk bisa melunasi biaya kuliah dengan cara mencicil.
"Saya dibantu oleh satpam kampus, saya diantar ke kasir dikasih brosur dari pihak kampus sendiri mengatur uang saya yang 2,5 juta itu diapakan agar saya bisa kuliah," ungkap Yesti.
Yesti merasa beruntung karena saat itu dia banyak dibantu oleh orang-orang yang berhati mulia dan ikhlas.
"Puji tuhan waktu itu saya dipertemukan dengan orang-orang baik sehingga uang yang ada di tangan saya cukup untuk biaya pendaftaran," tambahnya.
Dalam perjalanannya menempuh kuliah, Yesti pun harus membuat keputusan yang berat baginya.
Baca Juga: Baru Lancar Baca Tulis Kelas 6 SD, Mahasiswi UNY Berhasil Lulus dengan IPK 3,93
Yesti sempat memutuskan untuk cuti dua tahun dikarenakan uang yang seharusnya untuk kuliah digunakan untuk membiayai adik dan kakaknya di Kupang.
"Uang saya tidak cukup karena kakak saya yang satu orang mau wisuda dan saat itu kakak saya membutuhkan biaya banyak, saya harus membantu," cerita Yesti.
"Orang tua saya hanya petani penghasilannya hanya cukup untuk makan dalam beberapa hari, jadi saya harus bantu, saya mengalah lalu saya berhenti kuliah sementara," imbuhnya.
Namun, Yesti masih memiliki mimpi dan keinginan yang kuat untuk tetap melanjutkan kuliahnya hingga mencapai gelar sarjana.
Maka, Yesti meminta izin untuk melanjutkan kuliah dengan majikannya, ternyata diperbolehkan untuk mengambil kelas sore.