Parapuan.co - Kawan Puan, tidak ada yang dapat menghentikan dan menghalangi perempuan dalam meraih mimpinya.
Hal tersebut dibuktikan oleh Yesti Rambu Jola Pati, yang berhasil menjadi satu di antara lulusan Universitas Dr. Soetomo Surabaya (Unitomo).
Yesti Rambu Jola Pati lulus dari program studi S1 Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.
Lulus sebagai sarjana dengan raihan IPK 3,49, ada perjuangan berat yang harus dilalui Yesti sampai pada titik ini.
Berasal dari Nusa Tenggara Timur, Yesti harus bekerja sebagai Asisten Rumah Tangga (ART) di luar kota untuk bisa menjadi sarjana.
Baca Juga: Putri Ikke Nurjanah Rayakan Wisuda dan Lulus dengan IPK Terbaik
Sedari usia remaja, Yesti punya keinginan kuat untuk mengubah nasibnya menjadi lebih baik dan membanggakan orang tuanya.
Yesti pun rela merantau ke Surabaya untuk sekadar mencari pekerjaan dan tinggal di Nginden Barat sebagai ART.
Namun di Surabaya itulah Yesti menemukan mimpinya untuk menempuh pendidikan kembali.
"Saya melihat ada kampus dekat dengan tempat kerja saya, saya coba cari informasi di internet tentang kampus Unitomo saya lihat ada kuliah pagi dan malam," ungkap Yesti, dikutip dari Tribunnews.
Yesti menyadari bahwa ia memiliki keterbatasan ekonomi untuk membiayai dirinya berkuliah.
Maka, perempuan kelahiran tahun 1994 ini terus berjuang dan mengumpulkan pundi-pundi rupiah untuk bisa melunasi biaya kuliah dengan cara mencicil.
"Saya dibantu oleh satpam kampus, saya diantar ke kasir dikasih brosur dari pihak kampus sendiri mengatur uang saya yang 2,5 juta itu diapakan agar saya bisa kuliah," ungkap Yesti.
Yesti merasa beruntung karena saat itu dia banyak dibantu oleh orang-orang yang berhati mulia dan ikhlas.
"Puji tuhan waktu itu saya dipertemukan dengan orang-orang baik sehingga uang yang ada di tangan saya cukup untuk biaya pendaftaran," tambahnya.
Dalam perjalanannya menempuh kuliah, Yesti pun harus membuat keputusan yang berat baginya.
Baca Juga: Baru Lancar Baca Tulis Kelas 6 SD, Mahasiswi UNY Berhasil Lulus dengan IPK 3,93
Yesti sempat memutuskan untuk cuti dua tahun dikarenakan uang yang seharusnya untuk kuliah digunakan untuk membiayai adik dan kakaknya di Kupang.
"Uang saya tidak cukup karena kakak saya yang satu orang mau wisuda dan saat itu kakak saya membutuhkan biaya banyak, saya harus membantu," cerita Yesti.
"Orang tua saya hanya petani penghasilannya hanya cukup untuk makan dalam beberapa hari, jadi saya harus bantu, saya mengalah lalu saya berhenti kuliah sementara," imbuhnya.
Namun, Yesti masih memiliki mimpi dan keinginan yang kuat untuk tetap melanjutkan kuliahnya hingga mencapai gelar sarjana.
Maka, Yesti meminta izin untuk melanjutkan kuliah dengan majikannya, ternyata diperbolehkan untuk mengambil kelas sore.
"Saya coba lagi untuk izin ke bos dan ternyata diperbolehkan kuliah, ya walaupun saat itu ada penolakan dari teman-teman kerja," ceritanya.
"Mereka tidak inginkan saya kuliah sambil kerja tapi karena bosnya baik, bos tetap pertahankan saya untuk kuliah sambil kerja," katanya lebih lanjut.
Pembimbing skripsi Yesti, Ahmad Hatip, pun melihat tekad dan perjuangan dari perempuan muda ini.
Maka Ahmad mendorong dan menyemangati Yesti agar benar-benar dapat menyelesaikan masa studinya.
Saat pembuatan skripsi, Ahmad melihat bahwa motivasi Yesti dalam mendapatkan gelar sarjana dengan hasil maksimal sangatlah tinggi.
Baca Juga: Lulus dari Stanford University, Maudy Ayunda Resmi Sandang Gelar Master
"Dia semangatnya luar biasa, motivasinya tinggi saat saya bilang Yesti semester ini adalah semester batas akhir masa studimu," kata Ahmad.
"Tolong jangan disia-siakan pengorbanan yang sudah kamu lakukan sampai sejauh ini," tambahnya.
Hanya dalam waktu kurang lebih 4 bulan, Yesti berhasil menyelesaikan skripsinya sekaligus mencari data risetnya.
"Puji Tuhan, dari pihak kampus masih berikan saya kesempatan kuliah, saya ingat saat dibantu sama Bu Lusi dan Pak Hatip, Pak Hatip bantu saya pertemukan saya dengan Warek II," papar Yesti.
Yesti ingin menempuh perjuangan di bangku kuliah untuk menggapai cita-citanya dan dapat berkontribusi untuk tanah lahirnya yaitu NTT.
Mimpi Yesti pun sangat mulia, ia ingin membagikan pengetahuannya kepada anak-anak di NTT dengan menjadi seorang guru.
"Sembari saya bekerja di sini, saya juga menunggu ada info lowongan pekerjaan di tempat asal saya di NTT, kalau bisa saya ingin bekerja sebagai guru matematika di NTT," ungkap Yesti.
Kisah inspiratif Yesti ini bisa menjadi motivasi untuk Kawan Puan yang terkadang merasa ingin menyerah dalam meraih mimpi.
Baca Juga: Lulus dari Stanford, Maudy Ayunda Ingin Berkontribusi untuk Indonesia
Yesti membuktikan bahwa dalam perjalanan meraih mimpi, memang tidak ada hal yang mudah.
Namun, tidak ada yang tidak mungkin asal kita tetap berjuang dan percaya bahwa suatu hari mimpi itu akan tercapai. (*)