Parapuan.co - Di tengah banyaknya keluhan terkait kesehatan mental di masyarakat, selain psikolog, peran psikiater juga dibutuhkan.
Oleh karenanya bisa dibilang kehadiran orang dengan profesi sebagai psikiater cukup banyak dicari.
Terlebih seperti dilansir dari Gramedia.com, disebutkan bahwa jumlah psikiater di Indonesia berbanding terbalik dengan angka bunuh diri yang terus meningkat.
Maka tak heran jika prospek atau kesempatan untuk berkarier sebagai psikiater pun terbuka lebar.
Baca Juga: 5 Tips Menjaga Kesehatan Mental Menurut Psikolog Selain Tidur Cukup
Belum lagi jika merujuk pada laporan Badan Kesehatan Dunia atau WHO di tahun 2017, yang menyebutkan lebih dari 300 juta orang di dunia mengalami depresi.
WHO memprediksi pula bahwa dalam beberapa tahun, depresi menjadi penyakit dengan angka kasus tertinggi kedua di dunia setelah penyakit jantung.
Di Indonesia kurang lebih sama, di mana depresi pun dikatakan akan menjadi masalah kesehatan jiwa terbesar.
Menurut Perhimpunan Dokter Spesialis Kesehatan Jiwa Indonesia (PDSKJI), setidaknya 9 dari 250 juta orang di tanah air mengalami depresi.
Adapun 14 juta orang mengalami gejala depresi dan gangguan kecemasan, dan setidaknya 400 ribu orang mengidap skizofrenia.
Angka tersebut bisa jadi lebih besar saat ini di lapangan, mengingat tak semua orang menyadari kondisi kejiwaan mereka.
Masalah lainnya tak hanya pada jumlah psikiater yang minim, tetapi juga hanya ada di kota-kota besar saja.
Maka itu jika kamu ingin menggeluti profesi ini, simak prospek kerjanya supaya semakin mantap menjadi psikiater.
Baca Juga: 5 Hal yang Perusahaan Bisa Lakukan untuk Jaga Kesehatan Mental Karyawan
Bekerja di RS atau membuka klinik pribadi
Sebagai psikiater, kamu bisa membuka klinik pribadi dan/atau bekerja di Rumah Sakit Jiwa (RSJ).
Baik di klinikmu sendiri maupun RSJ, peran dan tanggung jawab yang kamu lakukan tidak berbeda jauh.
Masalah yang kamu tangani juga kurang lebih sama, yaitu mengurus pasien dengan gangguan mental dan perilaku.
Gangguan mental dan perilaku meliputi, gangguan mental organik dan yang disebabkan karena pengaruh zat psikoaktif, alkohol, maupun obat-obatan terlarang.
Kamu juga akan menangani pasien yang mengalami gagguan tidur, semisal insomnia, hipersomnia, gangguan siklus tidur, mimpi buruk, dan tidur berjalan.
Bahkan, kamu mungkin menangani pula masalah seksual, mulai dari gangguan keinginan dan gairah seksual, vaginismus, dispareunia, gangguan orgasme, dan disfungsi seksual.
Juga persoalan terkait gangguan makan yang dialami pasien, semisal bulimia dan anoreksia.
Kawan Puan lihat, bukan? Betapa luasnya ruang lingkup permasalahan psikis yang mungkin dialami manusia.
Baca Juga: 5 Tips Perempuan Karier Menjaga Kesehatan Mental Akibat Stres Kerja
Gangguan emosional pada anak-anak, remaja, bahkan orang tua juga dapat kamu tangani dengan ilmu dan pengalaman yang kamu peroleh.
Lantaran kamu juga bertanggung jawag mengobati serta memberikan resep obat untuk pasien, metode perawatan yang kamu lakukan pun bisa beragam.
Mulai dari psikoterapi, terapi obat, intervensi psikososial, dan terapi elektrokonvulsif (ECT).
Tingkat keberhasilan pengobatan untuk gangguan kejiwaan bukan tergantung pada penangananmu semata.
Sebagian besar, justru bergantung pada komitmen pasien untuk bisa sembuh dan mau bekerja sama dengan psikiater maupun pihak keluarganya.
Jadi, jangan khawatirkan hasilnya dan percayalah pada pasienmu serta proses pengobatannya, ya. (*)