Parapuan.co - Tepat pada 15 Oktober ini, dunia tengah memperingati Hari Peringatan Kehamilan dan Kehilangan Bayi (Pregnancy and Infant Loss Remembrance Day).
Bagi pasangan yang sudah lama menantikan kehadiran si kecil, kehadiran bayi di tengah-tengah mereka ialah kebahagiaan. Mereka pun telah menjadi orang tua.
Namun, sebagai orang tua, kamu perlu mengetahui bahwa ada yang namanya sindrom kematian bayi mendadak yang kadang dikenal sebagai crib death karena bayi sering meninggal di boksnya.
Melansir Mayo Clinic, sindrom kematian bayi mendadak (SIDS) adalah kematian yang tidak dapat dijelaskan, biasanya saat tidur, dari bayi yang tampaknya sehat berusia kurang dari satu tahun.
Meskipun penyebab pastinya tidak diketahui, tampaknya SIDS mungkin terkait dengan cacat pada bagian otak bayi yang mengontrol pernapasan dan bangun dari tidur.
Tidak hanya itu, hal lain yang bisa menjadi penyebab ialah kombinasi faktor fisik dan lingkungan tidur sehingga dapat membuat bayi lebih rentan terhadap SIDS.
Baca Juga: Sering Dialami Ibu Hamil, Ini Tips Mengurangi Sakit Punggung yang Bisa Dicoba
Bahkan, kondisi ibu selama kehamilan juga dapat memengaruhi risiko SIDS pada sang bayi, apalagi jika usia ibu di bawah 20 tahun, merokok, menggunakan obat-obatan, mengonsumsi alkohol, hingga memiliki perawatan prenatal yang tidak memadai.
Meski begitu, para peneliti telah mengungkapkan beberapa faktor yang mungkin menempatkan bayi pada risiko lebih besar terkena sindrom kematian mendadak.
Lantas, salah satu langkah yang harus dilakukan untuk mengurangi faktor ini ialah menempatkan bayi Kawan Puan dalam posisi telentang untuk tidur.
Kali ini, PARAPUAN telah merangkum apa saja faktor-faktor yang membuat risiko si kecil terkena sindrom kematian bayi mendadak lebih besar.
1. Faktor lingkungan tidur
Barang-barang di tempat tidur bayi dan posisi tidurnya jika digabungkan dengan masalah fisik bayi, maka dapatmeningkatkan risiko SIDS. Apa saja posisi yang berisiko?
Tidur tengkurap atau miring. Bayi yang ditempatkan dalam posisi ini untuk tidur mungkin mengalami lebih banyak kesulitan bernapas daripada bayi yang diletakkan telentang.
Tidur di permukaan yang lembut. Berbaring telungkup di atas selimut empuk, kasur empuk, atau kasur air dapat menghalangi jalan napas bayi.
Berbagi tempat tidur. Sementara risiko SIDS diturunkan jika bayi tidur di kamar yang sama dengan orang tuanya, risiko meningkat jika bayi tidur di tempat tidur yang sama dengan orang tua, saudara kandung atau hewan peliharaan.
Terlalu panas. Terlalu hangat saat tidur dapat meningkatkan risiko SIDS pada bayi.
Baca Juga: Gejala Umum DBD pada Ibu Hamil seperti yang Sempat Dialami Paula Verhoeven
2. Faktor fisik
Cacat otak
Beberapa bayi dilahirkan dengan masalah kesehatan yang membuat mereka lebih mungkin meninggal karena SIDS.
Pada sebagian bayi ini, bagian otak yang mengontrol pernapasan dan bangun dari tidur belum cukup matang untuk bekerja dengan baik.
Kelahiran prematur atau menjadi bagian dari kelahiran ganda yang meningkatkan kemungkinan bahwa otak bayi belum matang sepenuhnya.
Alhasil, bayi kurang memiliki kendali atas proses otomatis seperti pernapasan dan detak jantung.
Infeksi pernapasan
Banyak bayi yang meninggal karena SIDS baru-baru ini menderita pilek, yang mungkin menyebabkan masalah pernapasan.
3. Faktor risiko
Meskipun sindrom kematian bayi mendadak dapat menyerang bayi mana pun, para peneliti telah mengidentifikasi beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko bayi, yakni:
Jenis Kelamin. Anak laki-laki sedikit lebih mungkin meninggal karena SIDS.
Usia. Bayi paling rentan antara bulan kedua dan keempat kehidupan.
Sejarah keluarga. Bayi yang memiliki saudara kandung atau sepupu meninggal karena SIDS berisiko lebih tinggi terkena SIDS.
Baca Juga: Deteksi Endometriosis dengan Pemeriksaan Infertilitas, Ini Caranya
Asap rokok. Bayi yang tinggal dengan perokok memiliki risiko SIDS yang lebih tinggi.
Prematur. Baik yang lahir lebih awal dan memiliki berat badan lahir rendah meningkatkan kemungkinan bayi kamu terkena SIDS.
Nah, itulah sederet faktor yang harus Kawan Puan waspadai karena bisa meningkatkan risiko bayimu terkena sindrom kematian mendadak. (*)