2. Tahu instrumen yang dibeli
Berikutnya, kenali instrumen investasi yang akan kamu beli. Apakah saham, obligasi, atau reksa dana.
Hal ini dilakukan bukan semata untuk memaksimalkan keuntungan, tetapi juga meminimalisasi risiko yang mungkin terjadi.
Oleh karenanya, ada baiknya mempelajari detail instrumennya sebelum berinvestasi, baik sisi positifnya maupun risiko yang akan terjadi.
Baca Juga: Menabung Vs. Investasi, Lebih Baik Mana untuk Simpanan Masa Depan?
3. Risk profile
Risk profile merujuk pada kemampuan seseorang dalam menerima potensi risiko yang terjadi.
Menurut Gembong, ada tiga jenis risk profile dalam berinvestasi.
Pertama, kategori Konservatif yang tidak kuat jika menghadapi potensi penurunan nilai investasinya.
Kedua, kategori Moderat, di mana calon investor dapat menerima potensi risiko penurunan nilai investasi kurang dari 10%.
Ketiga, kategori Agresif, yaitu calon investor yang sanggup menerima potensi penurunan nilai investasi lebih dari 10%.
Mereka yang paham risikonya dan sanggup menerima biasanya akan tetap tenang lantaran merasa investasinya tetap punya potensi keuntungan yang besar.
"Semakin tinggi potensi keuntungan, maka risiko juga semakin tinggi," kata Gembong Suwito.