Lalu muncullah pemikiran, ‘Ah, rasanya mau kutinggalkan saja semua ini.’ Andai bisa, kamu pun akan langsung melarikan diri ke suatu tempat.
Tak hanya itu, kadang kala rasa kesal juga muncul tanpa sebab, rasanya ingin memukul seseorang yang membuat dirimu terjatuh dalam kesulitan seperti ini, bahkan sampai muncul ide ekstrem untuk bunuh diri karena tidak bisa menemukan jalan keluar.
Gejala burnout syndrome
Menurut Choi Myung Gi, gejala-gejala yang timbul saat seseorang mengalami burnout syndrome seperti berikut ini. Saat hendak melakukan sesuatu, langsung terbayang kondisi terburuk yang akan terjadi.
Hal ini disebut “sinisterisasi”. Lalu, dalam kondisi putus asa, kita akan berpendapat bahwa pasti ada alasannya sehingga tidak dapat melakukan apa pun.
Baca Juga: 6 Cara Perempuan Karier Mengatasi Burnout, Tak Selalu Harus Resign
Ini disebut “rasionalisasi”. Pada saat yang sama, kita juga akan menyebut diri kita “bodoh”, “dungu”, dan “bawa sial”. Ini disebut “penamaan diri”.
Saat proses pemikiran tersebut terjadi di kepala kita, lambat laun kita akan merasa terasing dan akhirnya membuat kita kehilangan rasa percaya diri.
Lalu muncullah depresi yang membuat kita tidak bisa bekerja karena merasa kesal. Perilaku inilah yang akan dilihat oleh orang-orang di sekitar kita sebagai bentuk kemalasan.
Padahal, menurut Choi Myung Gi, kondisi ini justru jauh lebih berbahaya daripada kemalasan, dan sangat membutuhkan perawatan.