Putri juga menjelaskan beberapa hukuman fisik yang sering diterima mahasiswa saat diklat seperti ditampar, di popor senjata, hingga ditinju.
Sampai-sampai pada tahun 2013, Putri juga harus menyaksikan temannya meninggal dunia dan dipaksa untuk menutup rapat kasus ini
Tentu hal semacam ini dapat mempengaruhi kondisi baik secara fisik maupun mental.
Tragedi Menwa UNS 2013
— Novaria Putri Yudianti (@putri_yudianti) October 30, 2021
(A thread)
.
.
.
Setelah berpikir panjang, akhirnya aku memutuskan untuk speak up di twitter. Tragedi Gilang bukanlah yang pertama kali terjadi. Mohon maaf klo dalam thread ini ceritanya belepotan, aku gak pintar story telling#JusticeForGilang
Kasus kekerasan dapat menimpa siapapun baik laki-laki maupun perempuan.
Jika kekerasan terhadap perempuan masih belum mendapatkan perhatian khusus, begitu pula dengan kekerasan yang terjadi pada laki-laki.
Hal ini disebabkan karena pemikiran masyarakat yang menganggap jika laki-laki adalah sosok yang kuat.
Ada beberapa alasan mengapa seseorang yang melihat perilaku kekerasan enggan untuk menceritakan hal ini dan mencari keadilan.
Seperti yang dialami Putri, dirinya dipaksa untuk diam atas kematian temannya.
Alasannya jelas, rasa takut karena dirinya seorang junior.
Melansir dari Kompas.com, ada beberapa alasan mengapa seseorang enggan melapor perilaku kekerasan seperti rasa takut, sistem hukum yang tidak memihak korban, hingga akses pengaduan yang cukup sulit.
Untuk itu, diperlukan perhatian khusus dari berbagai pihak termasuk masyarakat dan pemerintah.
(*)
Baca Juga: Banyak Anak Perempuan di Wilayah Terpencil yang Jadi Korban Kekerasan