Parapuan.co - Kasus kekerasan masih menjadi kekhawatiran bagi setiap orang.
Pasalnya, kamu tidak akan bisa menebak siapa yang akan melakukan kekerasan dan kapan kekerasan itu akan terjadi.
Tentunya ada berbagai macam dampak yang akan dialami korban setelah mendapatkan kekerasan seperti trauma hingga ketidakseimbangan kondisi mental.
Bahkan dalam kasus tertentu, korban yang mendapat perilaku kekerasan harus meregang nyawanya.
Tentu hal semacam ini dapat memberikan duka terdalam bagi kerabat dan keluarga korban.
Baru-baru ini kasus kekerasan terjadi pada Gilang Endi Saputra.
Gilang meninggal dunia saat menjalani Diksar Menwa UNS.
"Dari hasil autopsi tersebut disimpulkan bahwa penyebab kematian adalah karena luka akibat kekerasan tumpul yang mengakibatkan mati lemas," ucap Kapolresta Solo Kombes Pol Ade Safri Simanjuntak yang dikutip dari Tribun Jateng.
Tak hanya Gilang, sebuah akun Twitter @putri_yudianti juga membagikan pengalamannya saat mengikuti diklat.
Bahkan akun tersebut juga merasa cukup tertekan hingga mengibaratkan dirinya berada di neraka.
"Karena ini kan lingkungan kampus, bukan lingkungan akademi militer, ya aku pikir enggak akan ada tindak kekerasan. Sayang, faktanya gak seindah pemikiranku. Kenyataan di lapangan bagaikan di neraka," tulis @putri_yudianti dalam akun Twitternya.
Baca Juga: Kekerasan pada Perempuan, 3 Cara Jadi Support System untuk Penyintas
Putri juga menjelaskan beberapa hukuman fisik yang sering diterima mahasiswa saat diklat seperti ditampar, di popor senjata, hingga ditinju.
Sampai-sampai pada tahun 2013, Putri juga harus menyaksikan temannya meninggal dunia dan dipaksa untuk menutup rapat kasus ini
Tentu hal semacam ini dapat mempengaruhi kondisi baik secara fisik maupun mental.
Tragedi Menwa UNS 2013
— Novaria Putri Yudianti (@putri_yudianti) October 30, 2021
(A thread)
.
.
.
Setelah berpikir panjang, akhirnya aku memutuskan untuk speak up di twitter. Tragedi Gilang bukanlah yang pertama kali terjadi. Mohon maaf klo dalam thread ini ceritanya belepotan, aku gak pintar story telling#JusticeForGilang
Kasus kekerasan dapat menimpa siapapun baik laki-laki maupun perempuan.
Jika kekerasan terhadap perempuan masih belum mendapatkan perhatian khusus, begitu pula dengan kekerasan yang terjadi pada laki-laki.
Hal ini disebabkan karena pemikiran masyarakat yang menganggap jika laki-laki adalah sosok yang kuat.
Ada beberapa alasan mengapa seseorang yang melihat perilaku kekerasan enggan untuk menceritakan hal ini dan mencari keadilan.
Seperti yang dialami Putri, dirinya dipaksa untuk diam atas kematian temannya.
Alasannya jelas, rasa takut karena dirinya seorang junior.
Melansir dari Kompas.com, ada beberapa alasan mengapa seseorang enggan melapor perilaku kekerasan seperti rasa takut, sistem hukum yang tidak memihak korban, hingga akses pengaduan yang cukup sulit.
Untuk itu, diperlukan perhatian khusus dari berbagai pihak termasuk masyarakat dan pemerintah.
(*)
Baca Juga: Banyak Anak Perempuan di Wilayah Terpencil yang Jadi Korban Kekerasan